Jahat Enak

Oleh: Dahlan Iskan

Jahat Enak
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Setelah sekali sesap mulut sedikit komat kamit –seperti sedang mencari rasa apa yang terkandung di dalamnya. Inilah sejatinya rasa kopi.

Nasrullah telah mengajarkan ke saya ilmu sejati jenis lain. Yakni setelah 50 tahun saya mendapat pelajaran ilmu sejati dalam pengertian ketuhanan.

Jadi, apakah rasa sejati kopi? Saya tidak boleh menjelaskan kepada Anda –sebelum Anda mencapai level makrifat, makrifat kopi. Artinya: saya tidak tahu juga.

Saya menghabiskan 3 gelas kali  seperempat kopi kearifan lokal itu. Dalam 10 menit. Tiap satu menit satu sesapan.

Habis. Dituangkan lagi. Sedikit. Di sesap lagi. Habis lagi.

Nasrullah pun menjalankan birokrasi berikutnya: kopi Colombia Wush Wush. Dengan ritual yang sama.

Wush Wush harganya was-was. "Saya tidak mampu membeli kiloan. Saya hanya mampu membeli sasetan 18 gram," katanya. Berapa harga Wush Wush 18 gram itu? "Rp 500.000," ujar Nasrullah.

Inilah yang ingin saya sampaikan ke Gubernur Lampung. Atau gubernur mana saja. Yang daerahnya penghasil kopi. Atau, jangan-jangan mereka sendiri sudah lebih tahu. Bahwa jenis kopi itu tidak hanya satu atau dua. Sama-sama Colombia atau Panama, masih terbagi dalam jenis-jenisnya. Tiap jenis pun masih terbagi ke dalam area penanaman. Beda lahan beda rasa. Beda penanganan beda pula.

Konon biji kopi khusus itu diselundupkan ke Tiongkok secara rahasia. Dimakan. Lalu, bijinya, diberakkan di Tiongkok. Saking ketatnya kontrol Panama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News