Jahat Enak

Oleh: Dahlan Iskan

Jahat Enak
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Maka petani kopi yang ingin mendapat harga tinggi bisa mengikuti gaya itu. Jumlah tonase tidak lagi terlalu menentukan jumlah pendapatan. Area tidak harus luas. Yang penting bisa menghasilkan jenis kopi berharga tinggi. Lewat penyelidikan tanah, bibit dan cara memperlakukannya.

Yang sudah telanjur punya 5 hektare pun bisa mencoba: ambil setengah hektare saja dulu. Perlakukan secara khusus. Yang punya potensi terbaik. Jadikan yang setengah hektare itu ''Kopassus''-nya kopi Anda.

Kini mulai banyak pedagang kopi yang memerlukan kopi khusus seperti itu. Disebut fine coffee. Mereka juga sanggup mencarikan pembina yang tepat. Para pedagang itu memiliki jaringan pembeli di luar negeri. Ada pula konsultan gratis untuk itu.

Nasrullah yang mengatur irama minum kopi kami hari itu. Kian ke belakang kian mahal. Itulah seni minum kopi. Jangan yang paling enak diminum dulu.

Yang terakhir adalah jenis kopi yang sangat mahal. Yang sifatnya persis seperti kalimat di kaus hitam yang ia kenakan: ''Kamu Jahat, tapi Enak''. "Kopi ini rasanya jahat sekali. Tapi enak sekali," ujarnya.

"Apakah istri Anda tahu hobi Anda ini?" tanya saya.

"Tahu. Tapi tidak boleh detail," jawabnya.

"Kenapa?"

Konon biji kopi khusus itu diselundupkan ke Tiongkok secara rahasia. Dimakan. Lalu, bijinya, diberakkan di Tiongkok. Saking ketatnya kontrol Panama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News