Jaipong Gembyung

Oleh: Dahlan Iskan

Jaipong Gembyung
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Farid melihatnya. Farid berdiri. Farid minta sang Danrem duduk di tempat duduknya. Dia sendiri bergeser ke kursi deretan kanan.

"Saya memang bintang dua, tetapi dia punya jabatan, saya tidak," ujar Farid. Saya memang bertanya pada Farid mengapa dia bersikap jenderal bintang satu itu lebih penting dari dirinya.

Yang juga membuat Cap Go Meh kali ini istimewa adalah Kien Lin. Tidak setiap tahun Kien Lin boleh turun ke jalan. Bentuknya seperti barongsai tetapi bukan.

Kien Lin adalah kendaraan dewa. Ini mitos di Tiongkok. Sejak ribuan tahun lalu.

Setiap kali dewa turun ke bumi, kendaraannya adalah Kien Lin. Dalam satu malam Kien Lin bisa menempuh jarak langit ke bumi pulang pergi.

Saya tidak tahu mana yang lebih tua: Kien Lin atau Bouraq.

Anda sudah tahu Bouraq: kendaraan seperti kuda terbang yang membawa Nabi Muhammad dari Mekah ke Jerussalem. Dari Yerussalem terbang ke langit lapis ketujuh.

Di situ Muhammad menerima wahyu kewajiban salat lima waktu. Lalu balik lagi ke Mekah. Semua itu berlangsung hanya kurang dari satu malam.

Lesunya hari raya Imlek tahun ini tidak terasa di Bogor. Saya kembali hadir di perayaan Cap Go Meh di kota hujan itu Rabu lalu. Gerimis pun tidak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News