Jaksa-Terdakwa

Oleh: Dahlan Iskan

Jaksa-Terdakwa
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Pidato-pidato Kamala sangat memikat. Juga tawanyi. Humornyi. Ekspresi wajahnya. Intonasinya. Jargon-jargonnya.

Lantas muncul kritik: semua itu baru pidato. Yang isinya bisa disiapkan, bahkan beberapa pidatonya pakai teks, teleprompt.

Kamala belum teruji di forum dadakan. Belum pernah melakukan konferensi pers. Belum pernah digoreng wartawan-wartawan di door stop.

Juga belum pernah tampil dalam forum debat dengan Trump. Dia belum merasakan dilindas keagresifan Trump secara langsung.

Maka saya flash back. Rekaman debat Kamala-Pence saya cari. Apakah Kamala juga hebat di forum debat. Rekamannya mudah didapat. Ternyata di debat cawapres saat itu Kamala meyakinkan. Dia unggul jauh dari Pence.

Akan tetapi Pence bukan Trump. Pence orang yang kalem. Bicaranya lirih. Posisi incumbent-nya membuat lebih banyak defensif.

Terlebih, keadaan lagi berat: di tengah masa Covid. Amerika hancur-hancuran. Negara terburuk dari jumlah korban yang meninggal. Semua itu sasaran empuk untuk diserang.

Lain halnya dengan debat antar capres bulan depan. Lawan Kamala adalah Trump. Posisi Kamala incumbent.

Di Jakarta saya geleng-geleng kepala atas akal-akalan agung konstitusi. Pekan lalu, di Amerika geleng kepala menikmati kualitas pidato mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News