Jaksa-Terdakwa

Oleh: Dahlan Iskan

Jaksa-Terdakwa
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Itu akan terjadi seperti debat antara jaksa dan terdakwa. Kamala, Anda sudah tahu, mantan jaksa agung California.

Trump, Anda lebih tahu, terdakwa di dua perkara: bisnis dan seks –dan dinyatakan terbukti bersalah.

Dengan gambaran seperti itu Kamala seperti sangat menunggu debat itu. Kamala tahu Trump sering menghujatnya di kampanye-kampanyenya.

Kamala pun hanya bisa menyindir: seorang gentleman akan memilih menyampaikan langsung kritik di depan yang dikritik.

Trump mengerti lagi disindir. Trump langsung menyatakan bersedia debat dengan Kamala. Maka debat bulan depan nanti sangat seru.

Tentu bukan hanya debat antara capres laki-laki dan capres perempuan. Antara "jaksa" dan "terdakwa". Antara konglomerat dan kelas menengah. Antara kulit hitam dan kulit putih. Serba diametral.

Trump telanjur pede agung: 'hanya' akan melawan Joe Biden yang lebih tua, gagap dengan popularitas yang lagi turun. Tiba-tiba kini harus berhadapan dengan Kamala: capres yang datang dari kulit hitam.

"Rasanya selama ini kita hanya mendengar Kamala itu keturunan India," begitu kurang lebih cara Trump memojokkan Kamala.

Di Jakarta saya geleng-geleng kepala atas akal-akalan agung konstitusi. Pekan lalu, di Amerika geleng kepala menikmati kualitas pidato mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News