Jaksa-Terdakwa

Oleh: Dahlan Iskan

Jaksa-Terdakwa
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Trump seperti tidak ingin Kamala diidentikkan sebagai kulit hitam. Bahaya. Bisa terjadi seperti di awal kemunculan Capres Obama. Mayoritas kulit hitam memilih Obama.

"Kok tiba-tiba mengaku kulit hitam," kira-kira begitu inti kata-kata Trump menyindir Kamala.

Situasi di lapangan memang mirip dengan di awal masa Obama. Heboh. Bergairah. "Kamala adalah kita". Di mana-mana.

Kamala memang tidak pernah masuk gorong-gorong tetapi dia pernah bekerja di McDonald.

"Hanya orang dari kelas menengah yang tahu keinginan orang kelas menengah," ujar Kamala. "Konglomerat tidak akan tahu itu. Konglomerat hanya tahu dirinya sendiri".

Di situ debat ekonomi akan seru: jalan mana yang harus ditempuh agar negara maju.

Trump memilih jalan lewat orang-orang kaya. Mereka yang mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Mereka yang terbukti mampu menciptakan lapangan kerja.

Kamala memilih jalan lewat kelas menengah. Bila kelas menengah kuat negara akan kuat. Pajak untuk mereka harus dipotong. Biaya hidup dan kesehatan mereka tidak boleh jadi objek kerakusan bisnis farmasi.

Di Jakarta saya geleng-geleng kepala atas akal-akalan agung konstitusi. Pekan lalu, di Amerika geleng kepala menikmati kualitas pidato mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News