Jaksa Tuntut Hukuman Mati, Kuasa Hukum Gunakan Kata Zalim
jpnn.com, JAKARTA - Kuasa hukum Presiden Komisaris PT Trada Alam Minera Heru Hidayat tak terima dengan tuntutan hukuman mati yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Agung (Kejagung) terhadap kliennya, pada sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, pekan lalu.
Kresna Hutauruk menilai tuntutan tersebut suatu bentuk abuse of power yang sangat zalim.
"Kewenangan menuntut yang dimiliki oleh jaksa malah digunakan dengan menyimpang dari koridor hukum," ujar penasihat hukum Heru, Kresna Hutauruk saat membacakan nota pembelaan (pleidoi) untuk kliennya, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin (13/12).
JPU Kejagung pada sidang Senin (6/12) lalu menuntut Heru Hidayat dengan hukuman mati.
Karena dinilai terbukti melakukan korupsi yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 22,788 triliun dari pengelolaan dana PT Asabri (Persero) serta tindak pidana pencucian uang.
Dalam tuntutan disebutkan Heru Hidayat mendapat keuntungan sebesar Rp 12,643 triliun.
"Saya sungguh tidak mengerti, apa yang menjadi alasan dari jaksa sampai tega melakukan kezaliman seperti itu."
"Apakah karena adanya ambisi pribadi, atau hanya sekadar mencari ketenaran. Apakah ada dendam, ingin memamerkan kekuasaan atau ingin memberikan tekanan kepada pihak-pihak tertentu," kata Kresna.
Kuasa hukum Heru Hidayat menyebut kata zalim, untuk menggambarkan tuntutan hukuman mati terhadap kliennya.
- Notaris Senior di Bekasi Jadi Terlapor di Polda Metro Jaya, Ada Apa?
- ASABRI Raih Predikat Informatif dalam KIP 2024
- Arjuna Sinaga Dituntut Hukuman Mati, Kasusnya Berat
- Terlibat Pembunuhan, Oknum Polisi Brigadir AKS Terancam Hukuman Mati
- Begini Cara ASABRI Merayakan Peran Perempuan
- ASABRI Gelar USAHA Untuk Indonesia