Jalan Keluar Lesunya Produktivitas Pertanian Akar Wangi

Oleh: Virdika Rizky Utama, Peneliti di PARA Syndicate

Jalan Keluar Lesunya Produktivitas Pertanian Akar Wangi
Buku berjudul Konservasi Tanaman Akar Wangi, karya Sabarman Darmanik. Buku merupakan disertasi yang diterbitkan oleh IPB UNIVERSITY dan NCBI (Nation and Character Building Institute), April 2021. Foto: Dok. NCBI

jpnn.com - Akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapf) merupakan tanaman dari famili poaceae (suku rumput-rumputan).

Secara kasat mata terlihat seperti rumput liar yang tumbuh sepanjang 1,5-2 meter. Akar wangi biasa dibudidayakan pada ketinggian 600-1.500 meter di atas permukaan laut (dpl), guna mendapat hasil produksi yang baik.

Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah curah hujan dan suhu. Tanaman tersebut memerlukan curah hujan 140 hari dalam setahun serta suhu ideal berkisar 17-27 derajat Celcius.

Tanaman akar wangi banyak dibudidayakan untuk menghasilkan minyak. Dari proses penyulingan bagian akarnya.

Minyak akar wangi dikenal mempunyai aroma yang lembut dan halus. Umumnya digunakan dalam pembuatan parfum, pewangi, sabun, obat-obatan dan pembasmi serta pencegah serangga.

Di Indonesia akar wangi dikenal sebagai salah satu komoditas andalan. Dimulai dari proses ekspor tanaman ini pada tahun 1918.

Pasar dunia mengenal minyak akar wangi asal Indonesia dengan nama Java Vetiver Oil. Daerah yang paling ideal melakukan budidaya varietas akar wangi adalah Kabupaten Garut. Terutama di daerah bagian hulu DAS Cimanuk.

Pada dekade 1990 Kabupaten Garut bahkan menjadi eksportir terbesar minyak akar wangi dunia.

Di Indonesia akar wangi dikenal sebagai salah satu komoditas andalan. Dimulai dari proses ekspor tanaman ini pada tahun 1918.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News