Jalan Pintas Bagi Calon Mahasiswi Australia Bidang IPTEK, Apa Kata Mahasiswi Indonesia?
"Sejauh ini saya belum pernah mempermasalahkan sedikitnya jumlah perempuan di Sains Komputer," kata Rosni kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Saya bisa bertukar pandangan atau berbagi ilmu dengan teman yang lain tanpa harus melihat apakah dia laki-laki atau perempuan."
Stereotip gender jadi sebab?
Di mata Joan Madeline, mahasiswi S1 Komputer Universitas Deakin, salah satu faktor penyebab minimnya jumlah perempuan dalam IPTEK adalah stereotip tentang bagaimana gender mempengaruhi kemampuan seseorang.
"Mungkin karena stereotip gender di mana laki-laki lebih logis, sedangkan perempuan lebih menggunakan perasaan untuk memecahkan suatu masalah," tuturnya.
"Karena dalam bidang IPTEK banyak soal yang perlu dipecahkan dengan logika."
Bagus Nugroho, pengajar di departemen Teknik Mekanik Universitas Melbourne, membantah asumsi yang mengatakan bahwa perempuan lebih lemah secara akademis bila dibanding laki-laki dalam bidang IPTEK.
Ia justru mengatakan perempuan memiliki kelebihan di hal-hal tertentu menurut pengalamannya mengajar siswa teknik S1, S2 dan S3.
"Selama saya mengajar dan membimbing siswa, saya tidak melihat adanya perbedaan signifikan antara kemampuan akademik laki-laki dan perempuan," kata Bagus.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata