Jalan Singapura
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Thatcher menjadi perdana menteri selama 20 tahun sejak 1979 sampai 1990, dan memerintah dengan tangan besi meskipun tetap dalam koridor demokrasi prosedural.
Lee mengagumi Thatcher dan banyak mengadopsi pendekatan kesejahteraan yang dipakai Thatcher.
Selama Lee memerintah oposisi dan media independen tidak diperbolehkan tumbuh di Singapura.
Ini menyebabkan Singapore berada dalam peringkat 153 dari 180 negara dalam World Press Freedom Index.
Lee tidak peduli. Dia menerapkan hukuman keras bagi banyak pelanggaran dan penerapan hukuman mati untuk kasus pembunuhan dan perdagangan narkoba.
Orang yang membuang sisa permen karet sembarangan pun akan dikenai hukuman denda. Saking banyaknya denda yang diterapkan, Singapura diledek sebagai ‘’The Fine City’’ alias Kota Denda.
Singapura melarang penjualan permen karet, sebagai bagian dalam upayanya menjaga kebersihan, dan melarang pornografi meskipun melegalisasi industri seks. Negara ini juga menjalankan kampanye publik untuk menggunakan bahasa Inggris yang baik, menjaga kesopanan, dan kerapian.
Lee mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 1990, lalu menyerahkan kekuasaannya kepada Goh Chok Tong. Ibarat melepas kepala tetapi tetap memegang buntut, Lee masih tetap berpengaruh dengan jabatan sebagai menteri senior.
Jalan Singapura sekarang ditempuh China dengan sukses. Banyak negara lain yang tergoda untuk mengikuti jalan yang sama, membangun ekonomi tanpa demokrasi.
- Setiawan Ichlas Disambut Hangat saat Mudik ke Palembang, Lihat Ada Pak Gubernur
- JATMA Aswaja Tegaskan Komitmen Bangun Ekonomi Umat dan Cinta Tanah Air
- Proyeksi IMF, Indonesia Peringkat 7 PDB Terbesar Dunia pada 2025
- Catatan Utang Indonesia Terbaru, Sebegini Nilainya
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Secangkir Kopi Sambut Pengunjung di Pavindo, World Expo 2025