Jalan Singapura
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Dia menjadi "menteri mentor" ketika anak tertuanya, Lee Hsien Loong, menjadi perdana menteri ketiga Singapura pada 2004.
Sejak awal, Lee mendesain anaknya untuk menjadi putra mahkota, dan Lee cukup sabar menunggu sampai anaknya cukup matang untuk mengambil alih kekuasaan.
Dia tahu bahwa dirinya tidak selalu populer di mata rakyat, terutama kalangan anak-anak muda. Mereka yang tidak mengalami masa-masa sulit pada era 1960 dan 1970-an tidak akan memberi apresiasi terhadap perjuangan Lee dan generasinya.
Namun, Lee tidak peduli. Dia tetap bersiteguh untuk menjaga rel pembangunan yang sudah dia landaskan.
‘’Tidak relevan bagi saya soal apa pandangan anak muda Singapura tentang saya," kata Lee.
‘’Saya sudah hidup cukup lama untuk mengetahui bahwa Anda mungkin diidolakan selama hidup dan dicerca setelah meninggal."
Lee mengaku sedih ketika berpisah dari Federasi Malaysia pada 1965.
Namun, dia harus move on dan melanjutkan strategi pembangunannya dengan sepenuh keyakinan.
Jalan Singapura sekarang ditempuh China dengan sukses. Banyak negara lain yang tergoda untuk mengikuti jalan yang sama, membangun ekonomi tanpa demokrasi.
- JATMA Aswaja Tegaskan Komitmen Bangun Ekonomi Umat dan Cinta Tanah Air
- Proyeksi IMF, Indonesia Peringkat 7 PDB Terbesar Dunia pada 2025
- Catatan Utang Indonesia Terbaru, Sebegini Nilainya
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Secangkir Kopi Sambut Pengunjung di Pavindo, World Expo 2025
- Sekda Sumsel & Wamen Koperasi RI Resmikan Pembentukan Koperasi Merah Puti Ponpes Al Ittifaqiah