Jalan Tengah 'Perang Sawit'
Sabtu, 06 November 2010 – 00:45 WIB
***
Seraya menunggu pertemuan RSPO pada 8 hingga 11 November 2010 di Jakarta, "serangan" terhadap perusahaan perkebunan sawit bergema dari Medan, Sumatera Utara. Sejumlah kawan-kawan LSM mengusung semiloka pada 4 November 2010 lalu, antara lain bermaksud memberikan masukan kepada temu RSPO itu. Ada tiga LSM yang bersemiloka, yakni Kelompok Pelita Sejahtera (KPS), Lentera dan Bakumsu, yang mengklaim telah melakukan penelitian tiga tahun terakhir di beberapa titik di Sumatera Utara.
Saya ikut diundang sebagai "tamu" pembanding atas ketiga penelitian yang dibeberkan. Setelah mendengar beberan, saya serasa mendengar kembali kemarahan ekonom Andre Gunder Frank yang menteorikan pertumbuhan dan keterbelakangan (development and under-development).
Bahwa negara kaya menjadi negara kaya karena adanya negara miskin yang mereka eksploitasi. Kira-kira, untuk bisa kaya, harus ada yang dimiskinkan. Ketiga LSM ini berbicara betapa beberapa perkebunan yang mereka teliti telah melakukan konsentrasi kapital yang menyedot modal, sumber daya alam dan manusia di sekitarnya. Yang kemudian terjadi adalah pemiskinan kawasan sekitar.
Sayangnya, penelitian itu tidak dilakukan secara berimbang. Misalnya, tidak adanya klarifikasi dan verifikasi dari pihak perkebunan. Berbagai konflik tanah yang ditemukan juga tak disertai verifikasi, baik dari pihak perkebunan dan lembaga hukum, serta Dinas Ketenagakerjaan dalam hal regulasi perburuhan.