Jam Kerja Pelajar Internasional Dibatasi, Ada Kekhawatiran Australia Akan Kekurangan Pekerja

Jam Kerja Pelajar Internasional Dibatasi, Ada Kekhawatiran Australia Akan Kekurangan Pekerja
Erica Gusmao mengatakan dia tidak banyak membuat rencana karena keadaan "terus berubah". (ABC News: Luke Bowden )

"Banyak mahasiswa internasional datang ke sini dengan meminjam uang, mereka sudah bekerja keras untuk bisa datang ke sini dan untuk bisa bertahan di sini," katanya.

Pertanian harus mengurangi produksi

Dampak dari pembatasan jam kerja bagi pelajar internasional juga dirasakan di sektor pertanian.

Selama musim panen, 90 persen pekerja yang memetik buah strawberry di kebun Jack Beattie berasal dari kalangan mahasiswa internasional.

"Semakin susah untuk menemukan orang untuk bekerja, dan ketika mengurangi jumlah pekerja di sektor ini menjadi setengah, maka akan menimbulkan kesulitan bagi kami," katanya.

"Kemungkinan kami harus mengurangi produksi juga menjadi setengah per tahun, karena pada dasarnya kami hanya memiliki pekerja 50 persen dari sebelumnya."

Bahkan denqan para 'backpacker' dan peserta program 'Working Holiday Visa' (WHV) perlahan kembali ke Australia, Fiona Simson, presiden Federasi Petani Nasional Australia mengatakan kurangnya tenaga kerja "merupakan masalah paling besar yang dihadapi petani saat ini".

"Kami mendesak pemerintah untuk melihat semua kebijakan yang sudah diterapkan terkait dengan COVID akan menguntungkan bagi semua pihak, bagi pekerja, petani dan produksi pertanian kita secara keseluruhan," katanya.

Ia juga mengatakan masalah kurangnya pekerja terampil, panjangnya masa pengurusan visa dan kurangnya akomodasi untuk para pekerja adalah masalah utama yang dihadapi industri pertanian di Australia.

Mulai 1 Juli, mahasiswa internasional di Australia hanya boleh bekerja selama 48 jam per dua minggu

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News