Jangan Anggap Tabu Konstitusi Baru
Minggu, 02 September 2012 – 00:32 WIB

Jangan Anggap Tabu Konstitusi Baru
Menurutnya, banyak negara-negara yang membuat konstitusi baru yang lebih lengkap dan memuat deklarasi tentang arah politik sebuah negara. Mulyana menyebut Venezuela yang memiliki kontitusi baru dengan 339 pasal. "Arah politik sebuah bangsa itu jangan hanya dalam pembukaan, teapi juga di pasal-pasalnya. Jadikan tahun ini sebagai tahun reformasi konstitusi," cetusnya.
Mantan Koordinator KIPP yang beken di era Pemilu jaman orde baru itu menambahkan, referendum merupakan cara tepat untuk membuat konstitusi baru. "Jika sudah ada konssensus nasional untuk perubahan konstitusi, jalan yang bisa ditempuh adaah referendum," sambungnya.
Pembicara lainnya, guru besar ilmu politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, menyatakan bahwa sebuah konstitusi harus mencerminkan jiwa dan cita-cita bangsa. "Pertanyannya, selama ini apakah seluruh pemangku dan rakyat sudah mengerti betul hakikat konstitusi itu?" katanya.
Ditambahkannya pula, persoalannya bukan sekedar membuat konstitusi baru. Karena menurutnya yang tak kalah penting adalah konsistensi dalam melaksanakan konstitusi.
JAKARTA - Indonesia dinilai sudah saatnya memiliki konstitusi baru untuk menggantikan UUD 1945. Jika Indonesia ingin kuat sebagai bangsa maupun negara,
BERITA TERKAIT
- Tugas Kantor Komunikasi Presiden Dianggap Tumpang Tindih, Begini Reaksi Mensegneg
- Kader Gerindra di Banggai Minta Polisi Menindak Pelaku Persekusi
- Paus Fransiskus Meninggal, Prabowo: Dunia Kehilangan Sosok Panutan dalam Kemanusiaan
- Mbak Ita bersama Suami Didakwa Terima Suap Rp 9,29 Miliar dari Proyek & Insentif ASN
- Dittipidsiber Bareskrim Turun Tangan Usut Gangguan Sistem Bank DKI
- Menindaklanjuti Pertemuan Bilateral, Menko Polkam BG Rapat Bahas Implementasi Batas Maritim