Jangan Berlebihan soal Isu Resesi, Bisa Bahaya
![Jangan Berlebihan soal Isu Resesi, Bisa Bahaya](https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/watermark/2021/04/10/ekonom-indef-bhima-yudhistira-adhinegara-foto-humas-kementa-28.jpg)
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira minta pemerintah tidak menakut-nakuti masyarakat dengan ancaman resesi.
Sebab, setiap kelompok masyarakat memiliki perilaku yang berbeda dalam menyikapi adanya ancaman resesi ekonomi.
"Sebenarnya ancaman resesi ekonomi secara global itu nyata meskipun Indonesia tumbuhnya masih positif. Namun, bagi masyarakat isu resesi emang terpecah," ujar Bhima kepada JPNN, Rabu (11/1).
Bhima mengungkapkan masyarakat dengan status kelas menengah atas ketika muncul isu ancaman resesi sejak 2022 lebih banyak menyimpan uangnya di perbankan atau menunda untuk investasi.
Karena itu, 20 persen kelompok masyarakat harus diyakinkan untuk membelanjakan uangnya untuk usaha dan belanja konsumsi sehingga masih ada optimisme.
Jadi, orang kaya mempunyai peran penting terhadap konsumsi dan ini harus didorong oleh pemerintah agar uangnya tidak hanya mengendap di perbankan.
Di sisi lain, resesi ekonomi sudah dirasakan oleh sebagian masyarakat kelompok menengah ke bawah, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok, inflasi, dan suku bunga.
Untuk itu, Bhima menyarankan agar pemerintah membantu masyarakat yang rentan terhadap resesi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira minta pemerintah tidak menakut-nakuti masyarakat dengan ancaman resesi.
- Jangan Sampai Salah Strategi, Ini Perbedaan Trading Aktif & Investasi Pasif
- Andy Mengungkap Jumlah Honorer Terkena PHK, Ya Ampun
- 3 Kategori Honorer Terkena PHK, Ternyata Bukan Hanya soal Masa Kerja, Oh
- Bu Sri Mulyani Bertitah, Tenaga Honorer Tidak Akan Terkena PHK
- Milad ke-15 Ahlulbait Indonesia, Teguhkan Komitmen Kebangsaan dan Kemanusiaan
- Tahun ke-12, Nara Kreatif Meluluskan 778 Siswa, Anies Baswedan Beri Pesan Khusus