Jangan Bermusuhan karena Pemilu, Kalau Meninggal Siapa Antar ke Kuburan?

jpnn.com, KUTAI KARTANEGARA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin berharap, rakyat Indonesia konsisten memahami dan menjalankan nilai kebinekaan dan kemajemukan.
Tanpa memahami dan menjalankan dua nilai tersebut, berdampak negatif pada peta perpolitikan Indonesia.
Mahyudin menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar di Dermaga Kutai Lama, Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kertanegara, Minggu (24/3).
"Kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinekaan dan kemajemukan. Ini melahirkan politik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)," kata dia.
Mahyudin tidak ingin, kejadian seperti pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 kembali terulang.
Saat itu, khotbah salat Jumat acap kali menyinggung tentang umat muslim tidak boleh memilih pemimpin kafir.
Selain itu, dia juga tidak ingin, rakyat menjadi korban dari perbedaan pandangan politik. Dia mencontohkan peristiwa kuburan yang dipindahkan karena berbeda pandangan politik.
"Wah, terlalu luar biasa saya bilang ini, kita ini sudah menghilangkan nilai-nilai silaturahmi dan kekeluargaan gara-gara politik. Kita jangan sampai jadi korban politik," ungkap dia.
Rakyat kecil tidak mendapat manfaat apapun ketika saling bersitegang karena perbedaan politik jelang pemilu.
- Ini Respons Ketua MPR Ahmad Muzani soal Usulan 3 April jadi Hari NKRI
- Dukung Pengembangan Kopi di Indonesia, Ibas: Majukan Hingga Mendunia
- Temui Wamen Guo Fang, Waka MPR Eddy Soeparno Bahas Pengembangan Energi Terbarukan
- Waka MPR Dorong Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan Bagi Guru Harus Dijalankan
- Pimpinan MPR Respons soal Terbitnya Inpres Pengentasan Kemiskinan Ekstrem
- Ketua MPR: Tindakan Kelompok Radikal Bisa Ciderai Perjuangan Rakyat Palestina