Jangan Hanya Cari Minusnya

Mendiknasi Meminta Tak Lagi Persoalkan Unas

Jangan Hanya Cari Minusnya
Jangan Hanya Cari Minusnya

Mendiknas menegaskan, ujian secara nasional itu dilakukan sejak sebelum Indonesia merdeka. Namanya, ujian negara yang dilaksanakan hingga tahun 1971. Setelah itu ada ujian sekolah yang digelar mulai 1972 hingga 1992, atau selama 20 tahun. ''Apa yang menarik dari fenomena saat ujian sekolah. Hampir semua siswa lulus dengan nilai bagus-bagus. Apakah ujian sekolah jelek, semua perlu dievaluasi,'' jelas M. Nuh.

Kemudian, kata M. Nuh, muncul Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), kombinasi ujian negara dan sekolah. Ujian itu dilaksanakan mulai 1992 hingga 2002. Yang menarik dari Ebtanas, ada perbedaan menonjol antara nilai dari sekolah dengan pelajaran yang masuk ujian nasional. ''Gap-nya antara 2,5 hingga 3. Artinya, kalau siswa mendapat nilai enam, yang tiga itu nilai sekolah dan yang tiga itu nilai nasional,'' jelas dia.

Mendiknas menjelaskan, tahun 2002 dilakukan koreksi. Sehingga, akhirnya muncul konsep ujian akhir nasional (UAN). Yakni, ada pelajaran yang dinilai sekolah dan ada pelajaran yang sepenuhnya dinilai oleh negara. ''Oleh karena itu, UAN kali pertama dianggap lulus itu nilai tiga. Tapi dengan syarat tahun depan dinaikkan. Dan, konsep ini jalan terus sampai sekarang dengan batas minimal nilai rata-rata 5,5 serta boleh ada nilai 4,'' tutur M. Nuh.

Mendiknas menekankan, evaluasi atau hasil Unas tersebut bukan sekadar penentuan kelulusan siswa. Karena, lanjutnya, Unas bukan satu-satunya syarat kelulusan. ''Syarat lulus itu ada empat, bukan Unas semata,'' tambahnya.

MAGETAN - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, meminta semua pihak mengakhiri pro-kontra pelaksanaan Ujian Nasional (Unas). Alasannya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News