Jangan Kaget karena Toilet
Selasa, 23 September 2008 – 11:08 WIB
Tentu saya tidak akan membandingkannya dengan, misalnya, Hotel Burj Al Dubai. Bukan saja saya belum pernah ke sana, juga Burj Al Dubai ”bukan hotel”. Itu istana yang disewakan dengan tarif harian. Tapi, ketika grup hotel ini sudah menyelesaikan hotelnya yang di Shanghai, saya akan mencobanya. Sebentar lagi memang ada hotel yang namanya berbau Timur Tengah di Shanghai: Jumaerah Hotel. Inilah hotel milik investor Timur Tengah pertama di Tiongkok, yang kamar biasanya saja ukurannya sama dengan kamar suite di hotel biasa. Yang lantai kamar mandinya saja selalu dihangatkan. Kita memang sering terkejut dengan lantai kamar mandi hotel yang sangat dingin karena AC. Apalagi di negara yang punya musim dingin. Al Jumaerah akan membangun enam hotel di seluruh Tiongkok sampai tiga tahun ke depan.
Untuk ke toilet di Mulia ini sebaiknya mempelajari dulu barang 10 menit cara menggunakannya. Tapi, yang sudah biasa dengan barang modern bisa langsung duduk di toilet itu dan sambil menunggu keluarnya hajat, bisa memperhatikan kode-kodenya agar begitu buang hajat selesai sudah bisa menggunakannya. Belum semua kamar Mulia toiletnya diganti model terbaru seperti itu. Baru sekitar separonya.
Toilet itu selalu dalam keadaan tertutup. Tapi, Anda tidak perlu membukanya. Begitu Anda sampai di dekat toilet, tutup itu membuka sendiri. Anda tinggal duduk di situ seperti biasa. Wow! Toiletnya hangat. Pantat dan paha bagian bawah yang menempel ke toilet itu terasa menyentuh barang hangat. Mula-mula tentu terkejut dengan kehangatan itu. Tapi, lama-lama justru terasa nyaman. Sambil buang hajat, bagian bawah paha terasa seperti dipijat lembut.
Ketika tutup toilet itu tiba-tiba membuka sendiri, mula-mula memang seperti meneror. Maklum, belum pernah melihatnya seumur hidup. Fungsi tutup ini rupanya sebagai jaminan bahwa di dalamnya sudah sangat bersih. Di samping untuk mentransfer energi yang menghangatkan bibir toilet.
Sambil menunggu hajat keluar, saya perhatikan tombol-tombol yang tertempel di panel dekat toilet itu. Di situ ada gambar-gambar sederhana yang bisa diterka maksudnya. Misalnya, gambar air muncrat. Pasti maksudnya itulah tombol yang harus dipencet kalau mau cebok. Di beberapa hotel atau gedung perkantoran, termasuk di Graha Pena, sudah ada yang mirip itu. Tapi, harus dengan cara memutar tombol dan air muncratnya statis. Yang di Mulia ini banyak variasinya. Kalau mau statis ada tombolnya. Kalau mau airnya mundur atau maju ada tombol tersendiri. Kalau mau airnya memutar juga ada tombolnya. Dengan demikian, bukan orangnya yang mundur-maju menggeser pantatnya, melainkan airnya yang menyesuaikan sendiri.
Lalu saya tertarik dengan tombol yang kodenya agak aneh. Apa pula ini? Kok ada gambar air muncrat dua buah. Satu agak di belakang, satunya agak di depan. Jaraknya sekitar 3 cm. Oh, saya tahu: ini untuk wanita setelah buang air kecil saja.
Buang air kecil atau buang hajat besar yang penting jangan lupa dengan tombol satu ini: untuk mencuci toilet itu sendiri. Dengan tombol ini toilet, tepatnya, closet, tercuci sendiri. Lalu, begitu kita berdiri, tutup closet itu bergerak menuju tempatnya. Bukan untuk melarang Anda duduk kembali, tapi untuk melindungi closet yang sudah bersih itu. Kapan pun Anda bermaksud duduk lagi, dia dengan setia akan membuka diri. Termasuk kalau Anda hanya ingin sekadar menghangatkan bagian bawah paha Anda. (*)
SUDAH lama, lebih tiga bulan, saya tidak tinggal di Hotel Mulia Jakarta. Begitu ke situ lagi, pekan lalu, eh, sudah ada lagi yang berubah: kamar
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi