Jangan Kaget Melihat Bekas Darah di Rumah Duka

Para lelaki dikumpul kemudian bergandeng tangan dan membentuk lingkaran, setelah itu mereka menyanyi bersama-sama dan saling sahut menyaut.
Ma’ badong, merupakan nyanyian penghiburan yang dilakukan oleh suku Toraja untuk menghibur keluarga yang sedang berduka.
“Biasanya, kalau terjadi kedukaan hanya perempuan yang banyak menangis. Namun, bagi kami kaum laki-laki sangat sulit untuk mengeluarkan air mata. Nah, ma’ badong inilah yang menjadi simbol tangisan kami, sekaligus sebagai penghiburan untuk keluarga yang sedang berduka,” ujarnya.
Selain itu, pada pemakaman Suku Toraja biasanya disimbolkan dengan pemukulan gong yang menandakan bahwa adanya kedukaan yang terjadi di kawasan tersebut.
Selain itu, pemukulan gong juga menandakan selamat datang bagi tamu yang ingin datang melayat di rumah kedukaan.
Jika pada kepercayaan Aluk to dolo (agama Suku Toraja di zaman dahulu), pemukulan gong hanya dilakukan pada perayaan pesta kematian yang memotong kerbau lebih dari tujuh ekor.
Namun, seiring berkembangnya zaman, pemukulan gong sudah dapat dilakukan walaupun kerbau yang dipotong tidak berjumlah tujuh ekor. Hal ini karena sudah banyak warga suku Toraja yang menganut Agama Kristen.
“Kepercayaan dulu, kalau tujuh ekor (kerbau) baru bisa dipukul gongnya. Tapi kalau di bawah tujuh ekor, tidak boleh memukul gong,” tuturnya.
Di mana pun Suku Toraja berada, selalu berusaha untuk membawa adatnya ketika tengah dihadapkan dengan duka cita. Perayaan pesta kematian Suku Toraja
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif