Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
Sabtu, 16 Maret 2013 – 01:55 WIB
Buat apa menjalin kerjasama dengan Negeri 1001 konflik seperti Irak? Negara yang penduduknya sudah immun dengan suara bom? Yang –mungkin-- menganggap bom tak lebih dari petasan atau kompor mbleduk? Tidak ada ekspresi takut, panik, kaget, sekalipun dentumannya keras menggelegar dan asap hitam membubung di langit?
Kita berbeda tradisi? Kita tidak punya budaya perang dan teror meneror seperti yang acap kita dengar di Bagdad dan kota-kota lain seperti Basrah, Babil, Karbala, Kufah, Samara, Najaf, Mosul dan lainnya? Kita negara penuh toleransi? Dan terus menumbuhkan spirit kebhinekaan dalam ke-ika-an? Bagaimana mungkin berbisnis dengan mereka, yang ketika konflik tiba, bom yang bicara? “Oh.. Jangan salah! RI – Irak itu punya sejarah diplomatik yang panjang, dan mereka sangat welcome,” jawab Hatta Rajasa, Menko Perekonomian.
Hatta menyebut satu peribahasa: “Jangan Menunggu Bulan Purnama Hadir Menerangi Gulita Malam. Karena ketika malam gelap itu samar-samar sudah mulai temaram, banyak orang yang datang. Dan, kita bisa terlambat! Satu tahun saja kita terlambat, peluang itu tak akan datang lagi. Kita hanya jadi penonton saja.”
Irak saat ini sedang concern membangun infrastruktur, yang hancur pasca invasi AS-Inggris 2003-2005 lalu. Serangan yang menumbangkan Presiden Saddam Hussein, dan menggantungnya di tahun 2006. Ikon-ikon kota Bagdad, termasuk patung-patung raksasa dirubuhkan, dan masih belum dibangun ulang. Gedung-gedung bersejarah yang bergaya arsitektur mediterania dengan aksen garis melengkung, khas Dinasti Abbasiyah, Umayyah, sampai pengaruh Turki Usmani, juga masih terluka parah oleh peluru dan mortar. Keamanan dan ketertiban masih menjadi prioritas.
Buat apa menjalin kerjasama dengan Negeri 1001 konflik seperti Irak? Negara yang penduduknya sudah immun dengan suara bom? Yang –mungkin--
BERITA TERKAIT
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing
- Surga Para Diver, Fotografer dan Hunter Underwater