Jangan Sampai BIN jadi Tempat Menampung Politikus
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat Intelijen dan Pertahanan, Connie Rahakundini menilai Polri sudah memiliki terlalu banyak tugas dalam penegakan hukum di Indonesia. Sehingga, pemilihan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) seharusnya dari kalangan yang berbeda, yakni militer.
"Polisi sekarang urusannya super body. Mulai dari urus SIM, lalu lintas, penegakan hukum, dan sebagainya. Seharusnya berikan tugas intelijen kepada militer," kata Connie dalam diskusi "Ini Dia Kepala BIN Baru" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/9).
Menurutnya, badan intelijen luar negeri, seperti Central Intelligence Agency (CIA), Mossad, dan lainnya selalu menggunakan militer untuk menduduki posisi kepala.
Karenanya, ketika Kepala BIN diisi oleh Polri, maka kinerja intelijen akan semakin lambat. "Jangan sampai institusi BIN tempat menampung politisi," jelasnya.
BIN seharusnya bukan lembaga pemerintahan yang diisi untuk kepentingan politik semata. Sebab, BIN merupakan nyawa suatu negara, meng-counter dan mengantisipasi ancaman dari dalam maupun luar negeri.
"Dulu Kupang penghasil cendana terbesar di Asia. Tapi karena ada sentuhan intelijen dari luar, dikasih bibit dan pupuk apel, jadi warga Kupang meninggalkan cendana. Sekarang penghasil cendana terbesar adalah Australia. Nah, harusnya BIN bisa counter hal-hal seperti ini," tegas Connie. (mg4/jpnn)
JAKARTA - Pengamat Intelijen dan Pertahanan, Connie Rahakundini menilai Polri sudah memiliki terlalu banyak tugas dalam penegakan hukum di Indonesia.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ketum PBNU Minta PSN PIK 2 Dikaji Ulang, Ini Alasannya
- Zulhas: Pabrik yang Beli Gabah Kering Tak Sesuai HPP Tidak Bisa Jual Beras ke Bulog
- Oknum TNI Pelaku Penusukan 2 Warga di Semarang Berpangkat Kopral Satu
- ReCURE dan SKSG UI Meluncurkan World Terrorism Index 2024
- Banyak Guru Honorer di Jabar Belum Diangkat PPPK, FKGH Tuntut Keseriusan Pemerintah
- Selesai Diperiksa KPK, Sekjen PDIP Melenggang Pulang