Jangan Sepele Menanggapi Curhat Teman yang Depresi

Jangan Sepele Menanggapi Curhat Teman yang Depresi
Ilustrasi depresi. Foto : Ricardo/JPNN.com

Menurut Tala, secara umum masyarakat Indonesia saat ini masih sering menganggap tabu untuk membahas masalah mental di ruang publik meskipun sebagian orang yang tinggal di perkotaan lebih teredukasi dan menganggap wajar orang yang punya masalah dan bisa disembuhkan melalui terapi dan sebagainya.

Orang-orang yang menilai wajar ini bisanya sudah melek media informasi karena akses untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan mental sudah banyak tersedia.

Sementara di sisi lain, ada golongan masyarakat yang belum paham media informasi dan masih mengaitkan orang dengan masalah mental dengan religiusitas dan spiritualitas.

Mereka menilai orang dengan gangguan mental sulit bersyukur, tidak punya iman dan sebagainya. Kondisi ini sebenarnya sedikit banyak karena ajaran nilai-nilai dan norma-norma yang erat kaitannya dengan bagaimana orang harus bersyukur.

"Ada benarnya. Ya enggak salah namanya harapan, tapi ternyata enggak berlaku untuk orang-orang yg memang rentan stres dan depresi. Bagaimana mau bersyukur kalau pikirannya enggak fokus dan melayang kemana-mana," tutur Tala.

Belum lagi saat ini ada kecenderungan masalah mental semata terfokus pada kelompok gangguan psikotik semisal shizofrenia, dan sebagainya.

Ika mengatakan, kelompok inilah yang sering mendapatkan stigma dari masyarakat, misalnya dianggap orang gila, identik dengan sakit dan perlu pengobatan medis.

Padahal kondisi semacam mudah stres, depresi, gangguan tidur, gangguan makan dan lainnya bisa dimasukkan ke dalam kategori orang dengan masalah gangguan kesehatan mental.

Bagi anda yang menjadi tempat curhat teman yang lagi depresi, sebaiknya tidak menyepelekannya.

Sumber ANTARA

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News