Jangan Terburu-buru Mengambinghitamkan PLTU Sebagai Pencemar Udara di Jakarta
![Jangan Terburu-buru Mengambinghitamkan PLTU Sebagai Pencemar Udara di Jakarta](https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/watermark/2019/09/19/ilustrasi-kualitas-udara-jakarta-buruk-foto-natalia-laurensjpnn.png)
Pemerintah, paparnya, jangan mengulur waktu dengan membuat kebijakan seperti meminta ASN agar melakukan kerja dirumah atau WFH.
“Itu menurut saya sia-sia. Pemerintah harus cepat membuat kebijakan yang tepat sasaran. Jangan sampai solusi yang diterapkan justru tidak berefek apa pun," ucapnya.
Misalnya, dengan memberikan subsidi untuk angkutan umum karena polutan tertinggi dihasilkan oleh sektor trasnportasi.
Akibat polusi udara di Jakarta, paparnya, bukan hanya kesehatan masyarakat yang terancam.
“Yang terancam juga kesejahteraan masyarakat. Jangan melulu menyalahkan sektor ini dan itu, tapi solusinya justru tidak tepat,” kata Trubus.
Hal itu bisa terjadi jika pemerintah salah mengambil kebijakan karena menuding industri pembangkitan energi dan manufaktur sebagai penyebab utama polusi udara.
Oleh karena itu, pemerintah perlu berhati-hati dalam menerapkan kebijakan untuk mengatasi masalah polusi udara.
“Ini bertujuan agar masyarakat tetap bisa menjalankan roda perekonomian tanpa menghasilkan polutan," harapnya.(chi/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Saat ini polusi udara di Ibu Kota Jakarta masih tetap berada di level tertinggi meski beberapa unit PLTU di Suralaya sebesar 1.600 MW dalam posisi mati.
Redaktur & Reporter : Yessy Artada
- PLN IP Berhasil Tekan Lebih dari 921 Ribu Ton CO2 Emisi Karbon
- Bicara Udara Dukung Penegakan Hukum Atasi Polusi di Jabodetabek
- Prabowo Resmikan 37 Proyek Kelistrikan, 6 Dikelola PLN UIP KLT
- Polisi Ringkus Pencuri Kabel di Areal PLTU Sumsel
- Ekonomi Vietnam Makin Maju, Hanoi Jadi Kota Paling Tercemar di Dunia
- Koalisi Masyarakat Sipil Minta Presiden Prabowo Memastikan Transisi Energi Inklusif