Janji Kampanye Trump yang Membakar Timur Tengah
jpnn.com, WASHINGTON - Presiden Donald Trump sukses membuat dunia marah. Akar kemarahan tersebut adalah rencana deklarasi resmi Trump bahwa Jerusalem adalah ibu kota Israel. Bahkan, bakal memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke kota suci bagi tiga agama –Islam, Kristen, dan Yahud– itu.
Kolomnis Robert Fisk menulis di The Independent bahwa rencana Trump itu adalah sebuah bentuk kegilaan.
”Sebenarnya, kita juga tak perlu kaget. Presiden edan memang selalu melakukan sesuatu yang juga edan,” kritik kolumnis senior yang berbasis di Lebanon itu dalam kolomnya, Rabu (6/12).
Tak hanya melanggar Kesepakatan Oslo yang diteken Palestina dan Israel pada 1993. Yang dilakukan Trump itu sama saja dengan menyatakan bahwa warga Palestina tak lagi punya hak di Jerusalem.
Kemarin, unjuk rasa pecah di beberapa lokasi di Jalur Gaza. Ratusan warga Palestina turun ke jalan sambil meneriakkan yel-yel anti-AS. Mereka juga membakar bendera AS dan bendera Israel yang mereka bawa.
”Kita telah tiba di persimpangan yang sangat berbahaya. Hanya ada dua pilihan, bertahan atau lenyap,” tegas Salah Bardawil, pentolan kelompok Hamas di Gaza.
Di depan beberapa pejabat Gedung Putih pekan lalu, Trump mengatakan bahwa dirinya akan melunasi janjinya kepada Israel. Kecuali ada perubahan mendadak, pengakuan itu disampaikannya dalam pidato dini hari tadi WIB.
Pada masa kampanye pemilihan presiden (pilpres) tahun lalu, taipan 71 tahun itu memang sesumbar untuk mengangkat derajat Israel di mata dunia jika terpilih sebagai pengganti Barack Obama.
Trump dinilai telah mendeklarasikan perang terhadap 1,5 miliar muslim dan ratusan juta umat Kristen
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time
- Kloning Javier
- Investor Ketar-Ketir soal Perang Dagang, Rupiah Hari Ini Ditutup Ambruk 58 Poin
- Kebijakan Donald Trump Berpotensi Bikin Produsen Mobil Dunia Boncos
- Belum Resmi Jadi Presiden, Donald Trump Sudah Cari Gara-Gara dengan Negara BRICS
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina