Janur Kuning
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
jpnn.com - Minggu 19 Desember persis ketika jam menunjukkan pukul 00.00, pasukan Belanda melancarkan operasi Burung Gagak (Kraai) ke ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta.
Serangan kilat darat-udara ini bertujuan menghancurkan kekuatan militer dan politik RI sekali dan selamanya.
Sementara itu, pasukan lintas-udara KST (Korps Speciale Troepen) mendarat di Maguwo, terjadi perpecahan hebat di kalangan pemangku kekuasaan RI di Yogyakarta.
Para pejabat militer bersikeras melawan serangan Belanda dengan perang gerilya. Sebaliknya, pejabat sipil lebih memilih jalur perundingan dan diplomasi.
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia episode ini dikenal sebagai ‘’Doorstoot naar Djokja’’. Kisah pertempuran yang heroik, persaingan di antara para pemimpin mliter Belanda, dan ketegangan antara pimpinan sipil dan militer Indonesia mencerminkan suasana yang serbakacau.
TNI menuduh para pimpinan sipil lembek, sebaliknya para pemimpin sipil lebih yakin bahwa jalur diplomasi lebih aman ketimbang jalur perang yang penuh risiko.
Sementara perdebatan strategi perang RI memanas, pasukan khusus Belanda dari kesatuan Baret Hijau telah merangsek ke pusat kota dalam hitungan jam.
Para pemimpin RI harus memutuskan bentuk perjuangan di bawah hujan mortir dan peluru Belanda. Keputusan mereka kelak tidak saja menentukan nasib RI, tetapi juga memengaruhi hubungan sipil-militer di Republik Indonesia.
Janur kuning yang dipasang melingkar di lengan menjadi identitas pasukan Soeharto.
- Pengamat Mempertanyakan Keputusan Jokowi untuk Buka Ekspor Pasir Laut
- Tenang Panas
- Menurut Jokowi, Pemindahan Ibu Kota ke IKN Keputusan Seluruh Rakyat Indonesia
- Ketua FPG Idris Laena Puji Keputusan MPR Beri Kejelasan Status Mantan Presiden Soeharto
- Setuju Pernyataan Jokowi, Dave Komisi I Nilai Kebocoran Data Wajib Diantisipasi
- Survei Poltracking di Pilkada Jatim: Approval Rating Jokowi 87,5%