Janur Kuning

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Janur Kuning
Patung Soeharto di Bukit Soeharto, Desa Biting, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo. Foto: Fais Nasrullah/JPNN.com

‘’Dirman, engkau seorang prajurit. Tempatmu di medan perang bersama pasukanmu. Tempatmu bukan tempat pelarianku. Aku harus tinggal di sini, dan mungkin bisa berunding untuk kita, serta memimpin rakyat kita’’. Begitu perintah Bung Karno kepada Jenderal Sudirman.

Jenderal Sudirman yang dalam kondisi sakit parah karena paru-parunya hanya bekerja sebelah, menolak menjalani pengobatan.

Ia memilih masuk ke hutan dan melancarkan perang gerilya. Jenderal Sudirman mempunyai seorang letkol muda yang menjadi andalannya. Dialah Soeharto. Kepada dia Sudirman menyerahkan tanggung jawab mengamankan Jogja.

Selanjutnya yang terjadi adalah sejarah. Pasukan TNI bisa merebut Jogja dari Belanda dalam perang enam jam yang sangat heroik pada 1 Maret 1949.

Letkol Soeharto menjalankan amanat Jenderal Sudirman dengan baik. Dunia internasional tahu bahwa Indonesia masih eksis dari serangan yang mengejutkan itu.

Episode itu terekam dalam film Usmar Ismail ‘’Enam Jam di Jogja’’ dan film ‘’Janur Kuning’’ yang bintangi oleh Kaharudin Syah sebagai Soeharto. Peran dan keterlibatan Soeharto terlihat sentral dalam film itu.

Janur kuning yang dipasang melingkar di lengan menjadi identitas pasukan Soeharto yang menyusup ke Jogja. Sejarawan Asvi Warman Adam menganggap film itu lebay karena terlalu menonjolkan peran Soeharto.

Wartawan senior Julius Pour menuangkan kisah itu dalam bukunya ‘’Doorstot Naar Djokja’’ berarti “Menembus Maju ke Djokja”.

Janur kuning yang dipasang melingkar di lengan menjadi identitas pasukan Soeharto.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News