Jari-Jari

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jari-Jari
Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

Eksistensi manusia adalah eksistensi klik. Aku Klik Maka Aku Ada, kata F. Budi Hardiman dalam bukunya Manusia dan Revolusi Digital.

Dengan klik itu manusia bisa menikmati kebebasan luas di alam digital yang tanpa batas.

Kebebasan untuk mengunggah dan menyebarkan konten itu terkait dengan identitas individu yang begitu fleksibel di media digital. Pengguna media sosial bisa memilih menggunakan identitas riil, identitas palsu bahkan anonim.

Tidak ada kegelisahan yang mengusik karena tidak perlu bertatap muka seperti saat berkomunikasi langsung dengan orang lain.

Pengguna terbiasa abai pada etika komunikasi yang berlaku. Persoalan menjadi makin pelik ketika yang mengalami kegagapan bukan sebatas masyarakat pengguna media digital, pemerintah selaku regulator pun memiliki kegagapannya sendiri.

Regulasi yang mengatur tata kelola media digital belum efektif mengatasi persoalan-persoalan mendesak seperti penanganan hoaks dan ujaran kebencian.

Manusia digital bergantung pada gadget sebagai alat teknologi. Gadget yang seharusnya menjadi alat sudah berubah menjadi gawai yang memperalat manusia. Keduanya tidak bisa lagi dibedakan, karena hubungannya yang begitu erat dan tidak bisa dipisahkan.

Ketika tidak membuka gadget dalam jangka waktu beberapa menit maka ia akan merasa sebagai manusia yang kehilangan eksistensi di dunia ini. Keberadaan manusia saat ini dilihat dan diukur dari keaktifannya dalam dunia digital.

Manusia digital sekarang adalah Manusia Jari-Jari. Dengan sekali klik, dia mendapatkan apa yang dia inginkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News