Jari-Jari
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Dalam keadaan apa pun, gadget ada di genggamannya, dalam suka dan duka hal pertama yang dilakukan adalah klik untuk mengunggah dan mengunduh. Ketika hendak makan hal utama yang dilakukan bukan berdoa, tetapi klik untuk posting.
Ketika salat tahajud pun tidak lupa klik dan posting kepada semua teman di dunia digital.
Dalam gadgetnya manusia digital mampu membawa ratusan bahkan ribuan buku untuk dijadikan bahan konsumsi bacaan.
Ditambah lagi dengan komunikasi yang dilakukan sesama homo sapiens, yang perlahan beralih kepada komunikasi digital yang sangat intens.
Inilah saatnya mengucapkan “selamat tinggal kepada komunikasi konvensional dan selamat datang di revolusi digital”. Di sinilah perang-perang dilakukan secara online, menghujat secara online, mencaci, memaki orang lain tidak harus bertemu fisik dengan orang tersebut.
Fenomena yang terjadi dalam revolusi digital, telah banyak mengubah manusia. Realitas tentang dirinya, pemaknaan baik dan buruk, semua berubah.
Manusia tidak lagi memikirkan sebuah kebenaran yang hakiki, melainkan kebenaran yang bersifat sementara.
Terjadinya revolusi digital dari homo sapiens menuju homo digitalis telah mengubah pola pikir dan eksistensi manusia. Kita makin sulit membedakan antara realitas yang asli dan fiksi. Kita berinteraksi dan berkomunikasi tanpa harus menghadirkan tubuh.
Manusia digital sekarang adalah Manusia Jari-Jari. Dengan sekali klik, dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
- Arasoft Dorong Digitalisasi Pendidikan di Indonesia
- Cucun Hadiri Kolaborasi Medsos DPR RI dengan Masyarakat Digital di Lembang
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Melly Goeslaw: Revisi UU Hak Cipta Solusi Hadapi Kemajuan Platform Digital
- Program Digital Access Inggris Menjembatani Kesenjangan di Indonesia Timur
- Sinar Mas Land Sukses Menyelenggarakan DNA Leadership Summit di BSD City