Jari-Jari
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Kebenaran atau truth menjadi hal yang sangat samar di dunia digital. Era digital disebut sebagai era-post truth, pasca-kebenaran. Kebohongan bukan lagi kebohongan, tetapi sudah menjadi post-truth, pasca-kebenaran.
Manusia digital hanya ingin mendengarkan apa yang dia ingin dengar. Manusia digital tidak membutuhkan verifikasi atau klarifikasi. Ia hanya membutuhkan konfirmasi untuk meyakinkan keyakinannya.
Informasi makin berlimpah, tetapi makin banyak yang menjadi sampah. Peristiwa Desa Wadas menimbulkan gelombang informasi yang bergulung-gulung, yang membuat publik makin tergulung tanpa bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Akhirnya publik membaca dan mendengarkan apa yang ingin ia baca dan dengarkan.
Manusia digital berkuasa atas apa yang ia inginkan. Dengan sekali klik, dia mendapatkan apa yang dia inginkan, dan dengan sekali klik dia menyingkirkan apa yang tidak dia inginkan.
Itulah eksistensi manusia modern sekarang ini. Aku klik maka aku ada. Manusia digital sekarang adalah ‘’Manusia Jari-Jari’’. Kita harus membayar royalti kepada keluarga almarhum Pepeng untuk istilah itu. (*)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Manusia digital sekarang adalah Manusia Jari-Jari. Dengan sekali klik, dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror
- Arasoft Dorong Digitalisasi Pendidikan di Indonesia
- Cucun Hadiri Kolaborasi Medsos DPR RI dengan Masyarakat Digital di Lembang
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Melly Goeslaw: Revisi UU Hak Cipta Solusi Hadapi Kemajuan Platform Digital
- Program Digital Access Inggris Menjembatani Kesenjangan di Indonesia Timur
- Sinar Mas Land Sukses Menyelenggarakan DNA Leadership Summit di BSD City