Jaringan Mubaligh Muda Indonesia Mengomentari Pidato Moeldoko
jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Nasional Jaringan Mubaligh Muda Indonesia (JAMMI) Irfaan Sanoesi mengatakan, terorisme merupakan puncak dari politisasi agama.
Karena itu, Irfaan menyambut baik pandangan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang sebelumnya menyoroti masalah radikalisme dan terorisme di Indonesia.
JAMMI kemudian mengajak para elite politik agar bijak dalam berkampanye dan menghindari politisasi agama yang akan mengancam keutuhan bangsa.
Menurutnya, aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makasar, pada Minggu (28/3) kemarin, merupakan bukti, gerakan terorisme masih ada di Indonesia.
“Pidato Pak Moeldoko beberapa waktu lalu saya kira sangat relevan mengenai ancaman radikalisme dan terorisme. Intinya, agar berkompetisi di berbagai level pemilu secara sehat, jujur, dan adil. Harus menghindari politisasi agama karena akan merusak tatanan sosial dan keutuhan bangsa,” ujar Irfaan dalam keterangannya, Selasa (30/3).
Menurut Irfaan, terorisme berasal dari sikap radikal yang menganggap selain kelompoknya adalah salah.
"Mereka sudah dicuci otaknya sedemikian rupa, sehingga berani melakukan aksi di luar nalar. Menebar ketakutan dan teror kepada semua orang. Radikalisme dan terorisme merupakan ancaman yang benar-benar nyata bagi kemajemukan bangsa Indonesia,” katanya.
Irfaan meyakini, setiap agama akan selalu mengajarkan cinta dan kasih sayang.
Jaringan Mubaligh Muda Indonesia (JAMM) mengomentari pidato Moeldoko soal radikalisme dan terorisme di Indonesia.
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?
- BNPT Beri Perlindungan Khusus Kepada Anak Korban Terorisme
- Platform MDI Resmi Meluncur, Moeldoko: Jangan jadi Pemain Tanah Abang Terus
- Irjen Eddy Hartono Jadi Kepala BNPT, Sahroni Minta Lanjutkan Pencapaian Zero Terrorist Attack