Jasad Bayi Ditahan di RSUD Gara-gara si Ortu tak Mampu Bayar

"Waktu sudah sampai di rumah, baru saya rasa sedih dan langsung pingsan saat lihat jasad anak saya. Saya sedih sekali saat itu,"katanya.
Maksi Nubatonis yang saat ditemui Timor Express (Jawa POs Group) di rumah duka, ikut melengkapi cerita istrinya. Ketika anaknya dinyatakan tidak bernyawa lagi dan dia harus melunasi uang sekian banyak, ia bingung entah mau ambil uang sebanyak itu dari mana.
Karena uang yang mereka miliki hanya Rp 100.000, namun uang itu sudah dipakai saat korban dibawa ke RS Muder Ignasia Nunumeu. Sebelumnya, memang bayi mereka dibawa ke rumah sakit itu.
Namun atas permintaan mereka, sehingga dirujuk ke RSUD SoE. Alasannya satu, agar mereka mendapatkan keringanan biaya pengobatan.
Karena sepengetahuan mereka, dengan melampirkan keterangan tidak mampu, mereka akan dibebaskan dari tagihan.
"Waktu itu kami sampai RSUD SoE hari minggu. Kemudian saya ditanya, bawa jaminan kesehatan apa. Saya bilang tidak ada. Kemudian saya disuruh untuk buatkan keterangan tidak mampu dari desa. Hari Senin, saya kembali ke desa dan buatkan surat keterangan itu. Tapi sampai di RSUD SoE, petugas tidak singgung lagi surat keterangan tidak mampu yang saya sudah buat,"katanya.
Karena didesak harus membayar biaya yang cukup besar baginya, maka ia hanya bisa pasrah. Entah informasi dari siapa sehingga anggota DPRD NTT, Jefri Unbanunaek, Rabu (13/12) sekitar pukul 03:00 bersama sejumlah orang datang ke RSUD SoE.
Di sana, Jefri yang asal Dapil TTS itu melunasi seluruh biaya yang dikenakan kepadanya.
PASANGAN suami istri, Maksi Nubatonis dan Agustina Kause, merasakan pedihnya perlakuan manajemen rumah sakit yang bagi mereka, jauh dari perikemanusiaan.
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri