Jasad Bayi Ditahan di RSUD Gara-gara si Ortu tak Mampu Bayar

Mereka kembali kesal, ketika hendak mengantarkan jenazah itu, petugas kembali berkelit jika saat itu tidak ada mobil ambulance di RSUD SoE. Terpaksa, lagi-lagi Jefri menggunakan mobilnya mengantar jasad bayi itu dan keluarga hingga ke rumah duka.
"Saya tidak tahu, misalnya Pak Jefri tidak dapat informasi tentang kejadian yang saya alami, mungkin mayat bayi saya busuk di rumah sakit,"kata Maksi terharu.
Pengalaman yang dialaminya itu membuat dia tobat berkunjung lagi ke RSUD SoE. Dia dan istrinya sudah bertekad, jika mengalami sakit, mereka akan berupaya sendiri untuk mengobati diri di rumah.
Karena menurutnya, jika menjalani perawatan medis di rumah sakit, mereka mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi.
Tak hanya itu, untuk berobat saja butuh biaya yang cukup besar. Tidak hanya itu, melainkan ke rumah sakit pun bukan jaminan sehat. Nyawa pun tidak tertolong.
Apalagi, masih terngiang di telinga pasutri itu, ada pernyataan yang dilontarkan oleh kedua perawat itu "Bahwa, jika hendak membawa jasad bayi itu kembali ke rumah, kami harus beri uang kepada keduanya meski jumlahnya sedikit."
Pernyataan itu membuatnya terpukul, karena ia sudah tidak bisa membayar biaya administrasi namun petugas masih meminta untuk memberikan sedikit uang kepada mereka.
"Waktu mereka sudah tutup pintu dan mau tidur, mereka bilang kalau mau pulang tolong kasi uang biar sedikit," ungkap Agustina.
PASANGAN suami istri, Maksi Nubatonis dan Agustina Kause, merasakan pedihnya perlakuan manajemen rumah sakit yang bagi mereka, jauh dari perikemanusiaan.
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri