Jason Crow
Oleh Dahlan Iskan
Saya pun menelepon istri. Saya ucapkan padanya saya mencintainya. Saya juga bicara dengan anak-anak. Saya katakan saya mencintai mereka.
Saya jelaskan ke istri bahwa kemungkinan saya harus berkelahi untuk bisa keluar dari ruang sidang ini.
Saya langsung bersikap seperti seorang ranger yang seharusnya. Saya cek semua pintu, apakah terkunci dengan baik.
Lalu saya membimbing mereka yang lebih senior untuk menjauh dari pintu. Lalu mencari tempat pertahanan yang terbaik.
Saya juga minta para anggota DPR untuk mencopot pin –tanda sebagai anggota DPR– yang dikenakan di baju. Ini akan membuat mereka lebih sulit mengenali.
Saya mengeluarkan pena yang ada di saku, saya genggam, –siapa tahu diperlukan untuk senjata bela diri.
Sesaat kemudian kami mulai mendengar pintu digedor-gedor. Mereka sudah sampai di pintu. Mereka mencoba menjebol pintu-pintu ruang sidang.
Saya pun menyimpulkan tidak ada jalan lain kecuali berjuang untuk bisa keluar. Dan saya merencanakan itu.