Jatim Lebih Suka Jepang, Kelompok Medan Bule
Kamis, 27 Mei 2010 – 14:12 WIB
Hal itu lebih disebabkan faktor bahasa saja. "Kebanyakan anak pantai dari Jatim lebih gampang berbahasa Jepang daripada bahasa Inggris," jelas Hasan yang mengaku sudah sekitar 10 tahun menjadi anak pantai.
Selain itu, karakteristik Jepang dan bule berbeda. Katanya, wisatawan Jepang lebih gampang didekati. Jika orang berjalan sendiri, hanya dengan disapa pun, dia sudah senang. "Mungkin karena di negaranya orangnya cuek-cuek. Jadi, di sini dia merasa diperhatikan," ungkapnya.
Mengenai keuangan, orang Jepang lebih royal di depan. Dia akan dengan mudah mengeluarkan uang untuk orang yang membuatnya senang, meski baru kenal. "Tapi, lama-kelamaan mereka pelit," ucapnya.
Karakter itu berlainan dari bule. Mereka lebih sulit didekati. Namun, jika sudah merasa cocok dan percaya kepada seseorang, mereka akan royal. Tapi, kalau untuk menawarkan surfing, anak pantai itu tak pandang bulu. Semua mereka sikat, baik Jepang maupun bule.
Bagaimana dengan pemuda asli Kuta" "Mereka sangat jarang berada di pantai," jawab Hasan. Katanya, anak pantai asli desa adat Kuta lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, bukan di pantai. Menurut dia, pemuda Kuta hanya pergi ke pantai untuk surfing, setelah itu langsung pulang.
Meski sekilas, kehidupan para anak pantai di Bali digambarkan dalam film dokumenter berjudul Cowboys in Paradise. Film itu sempat menghebohkan. Jawa
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala