Jawab Tudingan Australia, Kedubes Tiongkok Bandingkan Jumlah Masjid di Xinjiang dengan Negara Islam

jpnn.com, JAKARTA - Kedutaan Besar Tiongkok untuk Indonesia merespons tudingan tentang penghancuran masjid di Xinjiang yang dilontarkan Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI).
Menurut laporan ASPI, pemerintah Tiongkok menghancurkan banyak masjid di Xinjiang dan terus membangun kamp-kamp penahanan selama beberapa tahun ini.
Faktanya, menurut Kedubes Tiongkok dalam keterangannya, Senin (28/9), kebebasan beragama dan hak-hak lain dari semua kelompok etnis di Xinjiang, termasuk etnis Uighur, telah sepenuhnya dijamin dan dilindungi sesuai hukum.
Jika mengambil contoh jumlah masjid, sekarang ada lebih dari 24.000 masjid di Xinjiang, yang jumlahnya 10 kali lipat lebih banyak daripada jumlah keseluruhan masjid di AS.
Artinya, rata-rata setiap 530 Muslim di Xinjiang memiliki satu masjid, proporsinya juga lebih tinggi daripada banyak negara muslim.
Juru bicara tersebut juga mengatakan tidak pernah ada kamp penahanan di Xinjiang. Menurut laporan media, yang juga dibuktikan oleh warganet ada situs yang diidentifikasi oleh ASPI sebenarnya adalah kawasan industri elektronik dan zona permukiman berperingkat tinggi.
"Laporan ini tidak memiliki kredibilitas sama sekali," tulis pihak kedubes.
Seperti yang diungkapkan oleh sumber-sumber di Australia, ASPI telah lama menerima dana dari pemerintah dan pengusaha senjata Amerika.
Kedutaan Besar Tiongkok untuk Indonesia merespons tudingan tentang penghancuran masjid di Xinjiang yang dilontarkan Institut Kebijakan Strategis Australia
- 30 Daftar Pemain Timnas Indonesia Resmi Dirilis, Erick Thohir Mania Optimistis Menang Lawan Australia dan Bahrain
- Diterpa Badai Cedera, Timnas Australia Panggil Banyak Debutan
- Gubernur Herman Deru Apresiasi Australia Perpanjang Kerja Sama Kelola IPAL di Palembang
- Banyak Pebulu Tangkis Indonesia Tumbang di 16 Besar All England, Tiongkok Masih Mendominasi
- Kapan Australia Umumkan Skuad untuk Menghadapi Timnas Indonesia?
- Siklon Alfred 'Tak Separah yang dibayangkan', Warga Indonesia di Queensland Tetap Waspada