Jebakan Kekerasan Atas Wanita Indonesia yang Menikahi Pria Australia
"Jadi saya cenderung di rumah, mengelola rumah, sementara dia bekerja. Tapi saya sangat senang, dan saya senang kami bertemu, dan segera saya akan dapat visa, jadi itu bagus."
Photo: Setiap minggu Astrid menghadiri kelas tari Indonesia di pinggir kota Perth, dimana dia bisa mengobrol dengan para wanita yang pindah ke Australia karena menikah. (ABC News: Erin Parke)
Pemerintah berupaya mengurangi eksploitasi
Pemerintah Federal telah membuat sejumlah perubahan untuk mencoba mengurangi eksploitasi.
Jumlah pasangang dari luar negeri yang dapat disponsori seseorang telah dibatasi sebanyak dua kali seumur hidup, dan pada tahun 2018 diberlakukan undang-undang yang mewajibkan bagi sponsor untuk menjalani pemeriksaan polisi serta pemeriksaan karakter.
Ada juga pengecualian khusus bagi orang-orang dengan visa pernikahan prospektif untuk tinggal di Australia jika dapat membuktikan mereka harus meninggalkan hubungan karena kekerasan.
Setiap tahun sekitar 300 hingga 400 orang mendapatkan aplikasi disetujui.
Tetapi mereka yang membantu para wanita yang keluar dari hubungan kekerasan mengatakan masih jarang para pelanggar diadili, karena takut akan pembalasan, takut pada polisi, dan takut akan dideportasi.
"Kami melihat pria menggunakan kontrol yang mereka miliki atas status visa pasangan mereka sebagai ancaman, untuk menjaga mereka dalam hubungan dan dapat terus melanggengkan kekerasan terhadap mereka," kata Bogoyev.
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan
- Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
- Dunia Hari Ini: Warga Australia Keracunan Minuman Beralkohol di Fiji
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?