Jejak Perempuan Tangguh Rokatenda Menenun Kain dan Membangun Asa di Pengungsian
Mbola Sa memanfaatkan kondisi itu untuk untuk menjual tenunan mereka secara langsung kepada wisatawan lokal maupun asing.
Namun, semua berubah pandemi Covid-19 melanda. Mbola So maupun Desa Hewuli pun terkena imbasnya.
Sekali lagi ketangguhan para perempuan eks pengungsi Rokatenda menghadapi ujian. Watak tak mudah menyerah mendorong Erni dan kawan-kawannya membentuk koperasi.
Ada akademisi Universitas Nusa Nipa, Hendrikus Pedro, yang membantu para penenun Rokatenda di Hewuli membentuk koperasi yang juga bernama Mbola So itu. Mereka membuat koperasi dan masing-masing sepakat menyetorkan modal Rp 500 ribu.
Setoran awal itu pun bisa dicicil sesuai kemampuan masing-masing anggota koperasi. Selanjutnya, uang yang terkumpul digunakan untuk pinjaman modal dengan jaminan berupa sarung hasil karya penenun.
Apabila ada anggota Mbola So membutuhkan uang, bantuan dari koperasi pun dikucurkan. Bunga pinjamannya sebesar 10 persen untuk jangka waktu 10 bulan.
Melalui koperasi itulah mereka menghasilkan tenun khas Mbola So yang motifnya berbeda dibandingkan kain sejenis dari daerah lain. Salah satu penyuka kain tenun Rokatenda, Nancy, menyebut kualitas dan warna buah tangan eks pengungsi itu lebih baik dibandingkan yang ada di pasaran.
"Motifnya rapi dan disesuaikan dengan pilihan beberapa jenis benang yang mereka sajikan. Kita seperti dimanjakan dengan pilihan-pilihan tersebut,” tuturnya.
Jejak perempuan tangguh Rokatenda menenun kain dan membangun asa di pengungsian. Simak selengkapnya.
- Survei LKPI: Elektabilitas Melki-Johni Kalahkan Dua Rivalnya
- Jelang Pencoblosan, Melki-Johni Unggul di Pilgub NTT Versi Survei WRC
- Survei LPMM: Melki Laka Lena-Jhoni Asadoma Ungguli 2 Rivalnya
- Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi Setinggi 5.000 Meter
- Bank Mandiri Segera Bergerak Bantu Warga Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi di NTT
- Musim Penghujan Dimulai, Awas Bencana Hidrometeorologi