Jelang Natal dan Tahun Baru, Restoran di Melbourne Krisis Tenaga Kerja
"Terserah apakah mereka itu mahasiswa, backpacker, atau mereka yang mendapatkan visa khusus yang dibuat untuk memungkinkan pekerja internasional masuk lagi ke sini."
Kierce menggambarkan situasi sekarang ini sudah mendesak.
"Kami sudah menerima reservasi 7 hari penuh di bulan Desember untuk perayaan Natal dan sekarang ini kami harus menelepon sebagian pelanggan untuk mengatakan bahwa kami tidak bisa buka pada hari Selasa atau Rabu karena kami tidak memiliki cukup pekerja," katanya.
Pekerja melihat sebagai kesempatan untuk upah lebih baik
Bagi pekerja yang sudah ada selama ini yang bekerja sebagai pelayan di restoran dan cafe, kurangnya tenaga kerja memberi kesempatan bagi mereka untuk meminta upah dan kondisi kerja yang lebih baik.
Salah seorang di antara mereka, Charlie Phillips, mengatakan 'posisi tawar yang lebih tinggi' yang dia alami saat ini belum pernah terjadi sebelumnya di Melbourne.
"Saya sudah bekerja selama lima enam tahun terakhir dan kekuatan yang kami rasakan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.
Namun, dia mengatakan masih dibutuhkan 'banyak perjuangan' untuk meminta kenaikan upah dan kondisi kerja lebih baik.
"Ada juga tekanan lebih besar bagi staf untuk bekerja lebih banyak dan lebih keras tanpa kenaikan upah," kata Phillips.
Bisnis industri makanan dan minuman di Australia mendesak pemerintah untuk segera mengizinkan pekerja asing kembali masuk
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rumah BUMN SIG di Rembang: 495 UMKM Naik Kelas & Serap 1.869 Tenaga Kerja
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan