Jelang Pengumuman CPNS, Surat Terbuka Kedua untuk Presiden Jokowi
Para pengabdi seperti kami ini, jangan ditanya lagi jerih pengabdian selama ini. Menyanggupi daerah-daerah pelosok, yang listriknya hidup dua jam dalam satu hari. Menuliskan surat inipun, saya teringat banyak kawan sejawat kami, yang meninggal dunia, saat perahunya terjungkal di laut, Papua sekitar awal Desember 2015 lalu.
Di Kalimantan, rekan bidan PTT kami, saat merujuk pasien ke RS yang terperosok ambulannya dan akhirnya menjadi pasien alami keguguran. Di Tasikmalaya, nyaris diseruduk babi hutan, saat berjalan kali menandu pasien ibu melahirkan selama empat jam di jalan setapak. Bahkan di Jawa Tengah, bidan desa PTT (Pusat) harus melawan ombak ketinggian empat meter, saat rujuk pasien sambil menenteng anak sendiri.
Pak Gubernur Ganjar Pranowo, juga mengetahui peristiwa itu. Kami bukan lagi selamatkan dua nyawa, namun pertaruhkan tiga nyawa sekaligus Pak. Nyawa bidan desa berlabel PTT sendiri.
Pak Jokowi,
Semoga Bapak membaca dan dapat mengambil keputusan terbaik untuk selamatkan ibu melahirkan dan selamatkan bidan desa Mu ini Pak.
Kami tertekan Pak. Kami bingung. Kami gelisah. Dan kami semua saat ini merasa di ujung tanduk. Lima hari kerja lagi Pak. Jumat, 26 Agustus 2016, akan menjadi Jumat Kramat. Jika nasib kami sebagai ibu-ibu bidan desa berlabel PTT tak memiliki kedaulatan atas hak kepastian kerjanya. Dijadikan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), di atas usia 35 tahun. Yang sama saja cuma berubah label. Dan tetap berstatus kontrak.
Dan di bawah 35 tahun akan dikriteria siapa yang menjadi CPNSD. Pengumuman itu sama sekali tidak menggunakan nalar ilmiah Pak. Usia kami yang bertambah melebihi 35 tahun, itu karena tak putus-putus mengabdi sebagai bidan desa PTT Pusat.
Dan di bawah 35 tahun, juga tak jelas kepastiannya, siapa yang benar-benar dinyatakan lolos CPNSD. Padahal kondisinya force majeur Pak. Penumpukkan bidan desa yang tak pernah mendapatkan kesempatan setelah lebih dari sembilan tahun mengabdi. Lebih berpengalaman, dan yang selama ini berjuang di garis terdepan, untuk menurunkan AKI dan AKB, di tengah perjuangan hak kepastian kerja ini Pak.
Tadi pagi Bapak dengarkan jeritan hati ibu-ibu bidan desa PTT, di Puskesmas di daearah Sibolga. Percayalah Pak, kalau Bapak sempatkan kunjungi belasan ribu puskesmas di seluruh Indonesia ini Pak, jeritan yang sama dari bidan desa ini Pak, akan terdengar. Bagaimana Indonesia Daulat Kesehatannya, jika bidan desa Bapak ini, sebagai tenaga fungsional rendahan selama ini, jauh dari kepastian kerjanya..
JAKARTA--Enam hari lagi, para bidan PTT akan mendengarkan hasil seleksi CPNS Kementerian Kesehatan. Namun semakin dekat hari pengumuman, kian
- KPK Tetapkan Gubernur Bengkulu Tersangka, Ada Uang Rp15 M, Peras untuk Pilkada
- Mensos Gus Ipul Beri Bantuan Biaya Perbaikan Rumah Kepada Korban Longsor di Padang Lawas
- ASR Komitmen Bangun Penegakan Hukum Transparan & Adil di Sultra
- Hendri Satrio jadi Ketua IKA FIKOM Unpad
- Info Terkini OTT KPK yang Menyeret Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah
- Pertamina Eco RunFest 2024: Carbon Neutral Event untuk Kampanye Sustainable Living