Jemaah Haji Indonesia Kalah Fisik Jika Harus Desak-Desakan di Mina

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat penyelenggaraan haji, M Subarkah mengharapkan tidak ada jemaah asal Indonesia yang menjadi korban dalam tragedi desak-desakan di Mina hari ini (24/9). Menurutnya, biasanya jemaah asal Indonesia disarankan bergerak menuju lokasi lempar jumroh setelah malam hari.
Barkah -sapaannya- menuturkan, banyak jemaah yang semalam wukuf di Arafah ingin mengejar waktu yang afdhol untuk melempar jumroh. “Afdholnya ya tengah hari,” katanya kepada JawaPos.Com.
Karenanya, kata wartawan senior itu, jemaah haji bergerak dalam gelombang besar dalam waktu yang bersamaan ke satu lokasi. “Ini yang rawan,” tandasnya.
Penulis buku Orang Buta Melihat Ka’bah itu menambahkan, jemaah haji asal Indonesia memang diwanti-wanti untuk tidak memaksakan diri melempar jumroh di waktu yang afdhol. Sebab, secara postur tubuh dan fisik akan kesulitan ketika harus berdesak-desakan dengan jemaah haji asal Afrika.
“Postur tubuh orang Indonesia bisa-bisa dilangkahi oleh jemaah asal Afrika yang tinggi-tinggi. Dan gesekan fisiknya memang keras karena mengejar waktu yang afdhol,” tuturnya.
Seperti diketahui, detidaknya 220 jemaah haji meninggal dunia akibat desak-desakan menuju lokasi pelemparan jumroh. Peristiwa tragis itu terjadi di Jalan 204 yang menjadi jalur utama menuju lokasi lempar jumroh.(ara/JPG/JPNN)
JAKARTA - Pengamat penyelenggaraan haji, M Subarkah mengharapkan tidak ada jemaah asal Indonesia yang menjadi korban dalam tragedi desak-desakan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pemkot Tangerang Ajak Para WP Manfaatkan Pekan Panutan Pajak 2025, Ada Diskon 25 Persen
- Kejaksaan Dianggap Tak Serius Tangani Kasus Pemalsuan Dokumen RUPSLB BSB
- Asido Ungkap Peran Advokat dalam Bidang Kepailitan dan PKPU
- Lestari Moerdijat Dorong Para Peneliti Kuatkan Jaringan Internasional, ini Tujuannya
- Lemhannas Ingin Kepala Daerah Jadi Pemimpin Negarawan
- Polarisasi Berbasis Identitas Makin Tajam, Ketum GP Ansor: Stabilitas Ekonomi Harus Dijaga