Jembatan Butuh

Oleh: Dahlan Iskan

Jembatan Butuh
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Ada Mbok Brewok di halaman Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Saya sulit menyebutnya: dia atau ia. Tidak cantik juga tidak ganteng.

Dia/ia pakai kebaya. Pakai gelungan rambut tersanggul. Pakai lipstik. Tidak pakai BH. Dadanya rata. Kumisnya melintang. Jenggotnya membrewok. Suaranya besar.

Jembatan Butuh

Baca Juga:

Di situ Mbok Brewok jualan makanan. Di rombong sederhana tetapi bermerek.

Mereknya itu yang sensitif: Bajingan –akronim dari bajigur dan gorengan. Laris. Istri saya beli bajigur dua porsi. Teman-teman istri juga beli –sambil minta bisa foto bersama Mbok Brewok.

Mbok Brewok memang alumnus sekolah seni terkenal di Yogyakarta –Institut Seni Indonesia (ISI). Nama aslinya: Ichsan. Laki-laki. Ia/dia seniman merangkap pengusaha kecil.

Baca Juga:

Bajigurnya asli desa Cangkringan di lereng gunung Merapi. Itulah desa Mbah Marijan –pawang Merapi yang tewas akibat ledakan gunung yang dijaganya.

Dan dia/ia tidak sendirian. Ada yang lebih senior di situ: Ong Harry Wahyu. Jualan lain lagi. "Saya baru selesai rapat dengan Mas Butet," ujar Wahyu tergopoh.

Ada Mbok Brewok di halaman Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Saya sulit menyebutnya: dia atau ia. Tidak cantik juga tidak ganteng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News