Jembatan Butuh

Oleh: Dahlan Iskan

Jembatan Butuh
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Butet Kartaredjasa memang akan punya gawe besar minggu depan: Tumbuk Ageng. Di Padepokan Bagong Kussudiardja, yang dibangun almarhum ayahandanya.

Baca Juga:

Tahun ini Butet berusia 64 tahun. Semestinya diperingati November lalu. Tidak. Akan disatukan di tanggal 26 Desember nanti. Agar bertepatan dengan Tumbuk Ageng.

Tumbuk artinya bertemu tanpa janjian. Ageng, Anda sudah tahu. Ketika Anda berusia 64 tahun maka hari kelahiran Anda dan weton pasaran Anda persis sama saat Anda dilahirkan.

Sebenarnya tiap 8 tahun hari dan weton juga bertemu, tetapi di umur 64 tahun itulah terjadi pertemuan ke delapan kalinya. Delapan tahun delapan kali. Karena itu disebut ageng.

Perayaan Tumbuk Ageng seperti itu jarang dilakukan oleh orang Jawa masa kini. Saya pun lupa ketika usia menginjak 64 tahun. Pikiran saya saat itu lagi serius ke penyakit kanker di hati.

Wahyu sendiri menjadi koordinator salah satu kegiatan di halaman UGM itu. Khususnya di kegiatan Pasar Kangen.

Itulah pasar yang buka di situ setahun sekali. Tepat di acara ulang tahun UGM. Selama dua hari. Sabtu dan Minggu. Bersamaan dengan acara lainnya: kirab dan supermarathon –lari 64 km.

Di Pasar Kangen semua kios harus bertiang bambu. Atapnya harus daun rumbia. Wahyu punya anggota tim yang spesialisasinya menyediakan kios jenis itu. Terlihat lebih seni. Bukan seperti lapak-lapak kaki lima.

Ada Mbok Brewok di halaman Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Saya sulit menyebutnya: dia atau ia. Tidak cantik juga tidak ganteng.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News