Jenderal Baliho
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Massa yang mengambang ini tidak bisa diraih oleh parpol, tetapi dengan mudah dijangkau oleh Golkar melalui karakterdes dan babinsa.
Golkar bukan partai politik. Begitu kata Soeharto. Golkar adalah Golkar, karena itu boleh masuk ke desa-desa melalui kader-kader penggerak teritorial desa.
Sempurna dan paripurnalah cengkeraman rezim Orde Baru dari pusat sampai ke desa-desa. Tidak ada ruang untuk bergerak, tidak ada kesempatan untuk berbicara. Semua gerak-gerik, dari atas sampai bawah, diawasi oleh Big Brother selama 24 jam.
Indonesia berada dalam kondisi seperti itu selama tiga dekade. Kemudian lahirlah gerakan reformasi yang dimotori mahasiswa pada 1998.
Rezim otoritarianisme Orde Baru jatuh. Militer sebagai tulang punggung kekuatan Orde Baru, direformasi total dan dikembalikan ke barak untuk menjalankan fungsi pokoknya sebagai kekuatan pertahanan.
Pengalaman buruk selama Orde Baru menjadi trauma politik yang tidak boleh terulang lagi. Tentara harus tetap ada di barak, dan menjaga konsentrasi sebagai kekuatan pertahanan yang siap setiap saat.
Tantangan strategis yang dihadapi Indonesia dalam percaturan geopolitik internasional sangatlah berat, sehingga membutuhkan sumber daya yang benar-benar profesional.
Tentara tidak boleh lagi terlibat dalam urusan sipil, apalagi mengurusi hal remeh-temeh seperti penurunan baliho. (*)
Netizen menyebut seharusnya seorang jenderal terjun ke pertempuran, bukan ke Petamburan.
Redaktur : Adek
Reporter : Tim Redaksi
- Golkar Jaksel Patroli Mencari Perusak Baliho RIDO
- Baliho & Spanduk Dirusak, Dukungan ke Paslon AMAn Justru Kian Banyak
- Respons Bawaslu Karawang Soal Baliho Calon Petahana Berseragam Bupati
- Baliho RIDO Dirusak, Ridwan Kamil: Semoga Orangnya dapat Hidayah
- G30S Sudah Menculik 6 Jenderal, Mengapa Akhirnya Gagal?
- Film Operation Undead Segera Tayang di Indonesia, Begini Sinopsisnya