Jenderal Guo
Oleh: Dahlan Iskan
Saat saya mampir ke ruang besar itu para bikhu lagi menghias ruangan –menjadi bersuasana Imlek.
Setelah semua dibersihkan, dimandikan dan kembali ke ornamen warna aslinya para dewa itu ditata ulang. Dikembalikan ke tempat semula. Mereka siap menyambut kedatangan umat di hari raya Imlek nanti.
Seharusnya dalam seminggu ini tidak ada yang datang untuk sembahyang. Bukan saja dewa mereka lagi dimandikan, juga para dewa itu dipercaya sedang tidak ada di kelenteng.
Sejak dua hari lalu mereka dipercaya sedang ada di langit. Mereka baru akan kembali ke kelenteng lagi sehari sebelum hari raya Imlek.
Akan tetapi saya lihat masih banyak juga orang yang datang untuk sembahyang. Mereka membakar hio dan melakukan gerakan sembahyang di depan altar.
Saya merasa kurang sopan: saat mereka sembahyang itu saya lagi di atas altar: membersihkan para dewa itu.
Selama setahun di tempatnya, para dewa itu seperti menghitam. Terlalu banyak abu dari hio yang menempel di situ. Setelah dibersihkan terlihat kembali ke warna asli yang cerah.
Setelah bersih, barulah mereka disiram dengan air yang dimasuki sembilan macam bunga. Harum.