Jenderal Sultan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jenderal Sultan
Jenderal Andika Perkasa. Foto: Ricardo/JPNN.com

Ganjar nyaris tidak menunjukkan diferensiasi dari Jokowi. Malah Ganjar sengaja menjadi ‘’cover version’’ Jokowi. Strategi ini mungkin bisa meraih dukungan dari para penggemar Jokowi yang masih tersisa.

Namun, gaya cover version Ganjar ini belum tentu cocok untuk meraih dukungan dari kelompok yang tidak mendukung Jokowi.

Dalam hal ini Anies Baswedan diuntungkan. Ia mempunyai posisi yang tepat sebagai antitesa Jokowi.

Kalau siklus sepuluh tahunan politik Indonesia berjalan normal, Anies punya peluang besar untuk menjadi suksesor Jokowi. Periode sepuluh tahun Jokowi dianggap sudah cukup, dan publik ingin mencoba pemimpin baru yang berbeda dari sebelumnya.

Siklus presiden merakyat, sederhana, dan tidak intelektual yang melekat pada Jokowi, mungkin, sudah waktunya diganti dengan siklus presiden yang intelektual, cerdas, smart, berbahasa Inggris dengan lancar. Profil itu sepenuhnya ada pada Anies Baswedan.

Prabowo Subianto, tentu saja, masih tetap beredar namanya. Mungkin publik masih menginginkan figur tentara untuk menjadi pemimpin nasional. Setelah era sipil Jokowi yang kurang stabil, mungkin publik merindukan sosok pemimpin yang tegas yang bisa menjamin stabilitas.

Profil semacam itu bisa didapat dari kalangan militer. Namun, apakah harus Prabowo orangnya?

Itulah pertanyaannya. Prabowo sudah babak belur, kalah KO tiga kali berturut-turut dalam kontestasi perebutan kursi kepresidenan.

Andika Perkasa Sang Jenderal Sultan siap masuk panggung politik nasional. Menjadi Presiden RI?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News