Jenius sejak Kecil, Gula Jawa Menjadi Gula Pasir
jpnn.com - JAKARTA – Tidak banyak yang diharapkan seorang RA Tuti Marini Puspowardojo, 80 tahun lalu. Menjelang melahirkan Bacharuddin Jusuf Habibie dia hanya berharap putranya menjadi anak yang berbakti pada Tuhan dan orang tuanya. Tidak lebih.
Namun, nasib berkata lain, sang putra kelak menjadi salah seorang putra terbaik di tanah air. Pria yang akrab disapa Habibie itu akhirnya menjadi Presiden Ketiga RI.
Bersama suaminya, Alwi Abdul Jalil Habibie, Tuti berhasil mendidik membesarkan Rudy, sapaan Bacharuddin Jusuf Habibie, menjadi sosok yang sholeh sekaligus jenius. Rajin membantu orang tua, mengaji, dan shalat, Rudy juga brilian sejak kecil disekolah.
”Sejak dulu hingga sekarang, Bapak (Habibie) memang tidak pernah meninggalkan shalat,” kisah keponakan Habibie, Adrie Subono, kepada Jawa Pos. ”Sekarang pun jika waktu shalat tiba, pengawalnya selalu mengingatkan Bapak,” lanjutnya.
Habibie kecil memiliki memang watak yang sangat berbeda dengan tujuh saudaranya. Dia senang mengerjakan sesuatu dan juga gemar membaca berbagai macam buku. Habibie juga memiliki sifat yang lebih serius. Dia akan bermain apabila sudah menyelesaikan pekerjaan rumah.
Sejak kecil ia juga sudah gemar membuat kapal terbang dengan menggunakan Blokken (micano).
Pada 3 September 1950 sebuah kejadian yang tidak terduga terjadi. Kejadian itu akhirnya membuat hidup keluarga Habibie berubah. Ayah Habibie terkena serangan jantung secara mendadak.
Ayahnya sempat ditangani oleh Dokter Tek Irsan dan Overste Soharto. Namun, nyawanya tidak tertolong.
JAKARTA – Tidak banyak yang diharapkan seorang RA Tuti Marini Puspowardojo, 80 tahun lalu. Menjelang melahirkan Bacharuddin Jusuf Habibie dia
- 5 Berita Terpopuler: Ada Tuntutan Pemecatan, Honorer Non-Database BKN Minta Kesempatan Kedua
- Prabowo Singgung Usulan Gus Dur jadi Pahlawan Nasional, Begini Reaksi Yenny Wahid
- Pemprov Kalsel Siapkan 41.829 Hektare Untuk Optimalisasi Lahan Rawa
- Sempat Dinyatakan Hilang Selama 2 Hari, Nelayan di Ternate Ditemukan Selamat
- Amnesty International Bela Pelukis Yos Suprapto, Sebut Kebebasan Berekspresi dalam Bahaya
- DPRD DKI Jakarta Diminta Mengawal Proses Legislasi Perda Pesantren