Jenius sejak Kecil, Gula Jawa Menjadi Gula Pasir
Sepeninggalan Alwi, Tuti merasa sangat sedih. Bukan hanya kehilangan belahan jiwa. Lebih dari itu, dia kehilangan orang yang akan membantunya mendukung delapan anaknya untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Tuti pun akhirnya mengambil keputusan untuk meninggalkan Pare-Pare dan hijrah ke Pulau Jawa. Mereka sekeluarga pun berangkat menuju Jakarta dengan menggunakan kapal laut.
Setelah beberapa lama di Jakarta, Habibie yang mulai merasa tidak betah minta dipindahkan ke Bandung. Dari sekolah HBS (sekolah menengah zaman kolonial), Habibie pindah ke SMP 5 Bandung.
Ia lalu melanjutkan sekolah ke SMAK di Dago. Di SMA prestasi Habibie tampak sangat menonjol terutama pada pelajaran eksakta.
Selain dikenal pintar, Habibie juga dikenal sangat ramah baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Ia juga senang bersahabat dengan siapa saja, penuh kegembiraan dan sering berkelakar.
Setelah pendidikannya di jenjang SMA telah usai Habibie ingin melanjutkan pendidikannya di ITB yang terletak di jalan Ganesha.
Di SMAK Dago itu juga, Habibie bertemu dengan sosok Hasri Ainun Besari yang menjadi cinta sejatinya. Menurut Habibie, Ainun adalah adik kelas satu tahun di bawahnya.
Kulit Ainun yang hitam karena aktif berkegiatan ekstrakurikuler membuat Habibie sering meledeknya. Habibie bahkan punya julukan tersendiri untuk Ainun.
JAKARTA – Tidak banyak yang diharapkan seorang RA Tuti Marini Puspowardojo, 80 tahun lalu. Menjelang melahirkan Bacharuddin Jusuf Habibie dia
- Mendagri Tito Dukung Penuh Perayaan Natal Nasional 2024 di GBK
- Brigjen Mukti Juharsa: Fredy Pratama Pasti akan Kita Tangkap
- PN Jaksel Gelar Praperadilan Tersangka Penipuan Kasus Tanah Wahyudi Suyanto
- Mendagri Tito Dukung Sukseskan Perayaan Natal Nasional 2024 di Indonesia Arena
- 18 Polisi Terduga Pemeras Penonton DWP Mencoreng Institusi, Kompolnas Minta Polri Tegas
- JAMAN: Masih Ada Celah di Undang-Undang untuk Tidak Naikkan PPN 12 Persen