Jenny Mie
Oleh: Dahlan Iskan
Jenny, kini all out menapaki jalur sagu ini. Begitu banyak hambatan dan rintangan. Apalagi bagi seorang wanita single parent. Tetapi tembok tebal itu telah dia jebol.
Hanya saja di balik tembok itu masih terlihat jalan yang mendaki.
Perjuangan memanusiakan sagu memang sulit tetapi dia sudah beberapa kali menghadapi keadaan yang lebih sulit.
Jenny pun kini memproduksi mie sagu untuk spageti. Maka saya seperti menduga Jenny sedang mempersiapkan internasionalisasi sagu.
Dia tentu melirik dengan mata nakalnyi itu pasar Tiongkok. Di sana pasar produk non gluten lagi naik.
Dia punya jaringan di sana. Suaminyi yang mati muda itu berasal dari Beijing. Kini Jenny mengurus perjuangan mie sagu ini dengan anak bungsunyi.
"Sudah punya pacar?" tanya saya pada pemuda ganteng umur 20 tahun itu.
"Enggak boleh pacaran. Harus bantu mama sampai mie sagu ini sukses," jawabnya. (*)
Jenny Widjaya pun kini memproduksi mie sagu untuk spageti. Maka saya seperti menduga Jenny sedang mempersiapkan internasionalisasi sagu.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi