Jepang Berubah dari Kekaisaran Militer Jadi Negara Penjual Fantasi, Apa Pemicunya?
Selama Perang Dunia II, provinsi Guangdong diduduki oleh tentara Jepang. Agresi militer Jepang membuat trauma banyak orang yang hidup di masa itu.
Akibatnya, banyak orang berpandangan negatif soal Jepang selama beberapa dekade, meski bom atom telah menghentikan perang.
"Generasi tua di Tiongkok umumnya memiliki pandangan negatif soal Jepang karena alasan sejarah," kata Jessica.
"Beberapa orangtua masih khawatir kalau Jepang 'merusak budaya' generasi muda Tiongkok."
Namun generasi selanjutnya, seperti Jessica dari Generasi Z, memiliki perspektif yang sangat berbeda soal Jepang: perspektif yang lebih berwarna, penuh optimisme, dengan nilai seni tinggi.
"Bagi saya, ini adalah utopia yang jauh dari kenyataan," kata Jessica, mengacu pada dunia anime, kependekan dari istilah film animasi buatan Jepang.
"Semua masalah terselesaikan. Tokoh protagonis tidak pernah mati… menawarkan banyak keberanian."
"Apalagi ketika saya merasakan kesulitan, ingin menyerah, saya malah berusaha terus maju seperti karakter Jepang yang saya cintai."
Bagaimana animasi mengubah Jepang yang dianggap jadi ancaman militer saat perang dunia, menjadi negara yang menawarkan fantasi dan impian bagi anak muda
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan
- Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
- Dunia Hari Ini: Warga Australia Keracunan Minuman Beralkohol di Fiji
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?
- Toko dari Jepang Nitori Resmi Buka di Lippo Mall Puri
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time