Jepang Berubah dari Kekaisaran Militer Jadi Negara Penjual Fantasi, Apa Pemicunya?

Selama Perang Dunia II, provinsi Guangdong diduduki oleh tentara Jepang. Agresi militer Jepang membuat trauma banyak orang yang hidup di masa itu.
Akibatnya, banyak orang berpandangan negatif soal Jepang selama beberapa dekade, meski bom atom telah menghentikan perang.
"Generasi tua di Tiongkok umumnya memiliki pandangan negatif soal Jepang karena alasan sejarah," kata Jessica.
"Beberapa orangtua masih khawatir kalau Jepang 'merusak budaya' generasi muda Tiongkok."
Namun generasi selanjutnya, seperti Jessica dari Generasi Z, memiliki perspektif yang sangat berbeda soal Jepang: perspektif yang lebih berwarna, penuh optimisme, dengan nilai seni tinggi.
"Bagi saya, ini adalah utopia yang jauh dari kenyataan," kata Jessica, mengacu pada dunia anime, kependekan dari istilah film animasi buatan Jepang.
"Semua masalah terselesaikan. Tokoh protagonis tidak pernah mati… menawarkan banyak keberanian."
"Apalagi ketika saya merasakan kesulitan, ingin menyerah, saya malah berusaha terus maju seperti karakter Jepang yang saya cintai."
Bagaimana animasi mengubah Jepang yang dianggap jadi ancaman militer saat perang dunia, menjadi negara yang menawarkan fantasi dan impian bagi anak muda
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun
- Dunia Hari Ini: Mobil Tesla Jadi Target Pengerusakan di Mana-Mana
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Dunia Hari Ini: Unjuk Rasa di Turki Berlanjut, Jurnalis BBC Dideportasi
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan di Korea Selatan, 24 Nyawa Melayang
- 'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo