Jepang Berubah dari Kekaisaran Militer Jadi Negara Penjual Fantasi, Apa Pemicunya?
Namun di tempat lain, persepsi terhadap anime Jepang mulai berubah.
Pada tahun 1970-an dan 1980-an, setelah ketegangan ekonomi selama beberapa dekade antara Amerika Serikat dan Jepang, melemahnya industri berat di Amerika memicu pemecatan buruh ketika perusahaan-perusahaan Jepang, seperti Mitsubishi atau Fuji, mulai memasuki pasar Amerika.
"Jepang digambarkan sebagai saingan ekonomi yang mengejar lapangan kerja di Eropa dan Amerika…sebagai pegawai yang jahat… seperti Fujitsu di Back to the Future atau The Rising Sun, yang berkisah tentang perusahaan-perusahaan jahat Jepang yang memperbudak orang Amerika," kata Matt.
"Produser dan importir konten melakukan segala cara untuk menyembunyikan fakta, kalau produk mereka [kartun, anime, dan game] dibuat di Jepang."
"Banyak kartun yang kami tonton saat tumbuh dewasa, seperti Transformers, tidak jelas apakah berasal dari Jepang. Bahkan tidak ada satu pun orang Jepang yang disebutkan dalam Credit. Semuanya dari sisi Barat."
"Namun bagi kami anak-anak, kami tidak melihat Jepang seperti itu [sebagai saingan ekonomi]."
"Kami sibuk bermain Super Mario dan Pokémon, atau menonton Voltron, Sailor Moon, dan Gundam Wing."
Matt mengatakan produk-produk 'Made in Japan' sangat mempengaruhi kehidupan generasi muda di Amerika, dan berfungsi sebagai "pengirim fantasi."
Bagaimana animasi mengubah Jepang yang dianggap jadi ancaman militer saat perang dunia, menjadi negara yang menawarkan fantasi dan impian bagi anak muda
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan
- Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
- Dunia Hari Ini: Warga Australia Keracunan Minuman Beralkohol di Fiji
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?